Idealisme, Mimpi dan Salary

kemarin baru saja sedikit kaget mendengar kisah demo pegawai telkomsel. perusahaan yang saya kira masih menjadi yang terbaik dari banyak sisi di dunia telekomunikasi indonesia. dari segi bisnis, prospek apalagi benefit. sedikit heran memang, berdasarkan informasi sahabat yang berkerja disana, benefit yang diterima sangatlah lebih dari cukup. rata-rata perbulan yang besar ditambah bonus 3 bulanan yang menggiurkan. dan mereka masih mendemokan kenaikan. dashyat.

pagi ini ngobrol dengan sahabat, tentang individu yang baru pada fase awal berkerja tapi hendak menuntut kesesuaian gaji hanya karena diberi sedikit tanggung jawab lebih.

Salary itu penting? penting sekali. duit itu penting. omong kosong yang bilang tidak penting. tapi sungguh sayang jikalau semua idealisme, passion, dan mimpi kita kadang rela terbelok cuma karena kita menempatkan kepentingan uang sebagai kepentingan terdepan.

entah ya, semua orang punya prinsip berbeda. entah dilatari oleh background hidup yang berbeda-beda pula. tapi secara pribadi untuk masalah ini, saya punya idealisme tersendiri. bagi saya, mensketsa karir itu layaknya membuat lukisan sempurna. kita mengetahui bahwa gambar apa yang akan kita hasilkan pada akhirnya. demi mencapai kesempurnaan, semua langkah dari awal kita perhitungkan. goresan awal bisa jadi tidak bermakna apa-apa. tapi karya besar itu lahir dari ribuan goresan itu. yang pada akhirnya membentuk “Gambar Akhir” yang luar biasa.

untuk menjadi apa yang kita inginkan, terkadang kita harus idealis terhadap rencana yang kita bangun. mulai dari langkah awal. dan biasanya godaan benefitlah yang membelokan. setelah itu biasanya ada godaan nama besar. yang padahal sedikit mengaburkan jalan anda menuju target akhir. menjalani apa yang memang sepenuh hati kita jalani adalah kesempurnaan karir. karena benefit yang sesungguhnya adalah ketika kita bersemangat bangun pagi karena kita tau kita akan melakukan apa yang kita cintai hari itu, dan ketika pulang, kita tidak sabar untuk menghadapi pagi kembali. melakukan apa yang kita senangi.

kemarin malam saya membaca buku biografi steve jobs yang sangat detil. dari keseluruhan cerita, hanya steve jobs yang benar-benar terlihat mengerjakan apa yang dia cintai (walau dengan cara yang terkadang menyebalkan). sehingga dia dapat menghadirkan berbagai produk apple yang kini mempesona dunia. dan ketika dia ditanya mengenai tujuan bisnisnya, dia hanya berkata bahwa dia mendapatkan semuanya ketika dia berhasil menciptakan sesuatu yang dapat merevolusi hidup banyak orang. uang adalah yang kesekian.

malukah kita dengan inspirasi yang ada? ketika pemuda di indonesia sibuk merengek kenaikan gaji dikarenakan kontribusi setengah-setengah? atau bahkan tidak ada?

Author: Mohamad Ario Adimas

Penulis saat ini aktif sebagai praktisi di dunia Komunikasi pemasaran industri telekomunikasi.