Tentang Hobi Fotografi.

Hello, Maaf saya termasuk cukup labil mengupdate blog saya. Sulit ternyata mengkonsistenkan diri untuk menulis. Walaupun sudah diniatkan sekali. Saya sedikit ingin bercerita perihal Fotografi yang sedang menjadi hobi saya sekarang.

Saya ingat, ketika kuliah hobi ini sudah sempat hadir. Tapi saya sangat paham waktu itu, ini termasuk hobi yang mahal. Komitmennya panjang. Begitu kita naik kelas, kita akan semakin tergoda untuk melengkapinya. Menambah item. Menambah apapun juga yang membuat kita merasa bias mendapatkan gambar yang lebih baik. Belum lagi impulsive-impulsif terhadap aksesorisnya yang harganya sangat diatas rata-rata. Tapi dulu sulit rasanya menahan hobi ini, terlebih ada semacam perkumpulan mahasiswa pencinta fotografi. Berbekal dengan meminjam kamera sepupu saya yang jarang dia pakai, bergabunglah saya di komunitas Fotografi ST di STT Telkom saat itu.

Baru saja mencoba, musibah datang. Kamera itu rusak tanpa saya rusak. Tepat pada tangan saya. Padahal bahkan belum saya pergunakan. Dengan harga kamera yang cukup membuat kantong mahasiswa menciut, saya gelisah tingkat tinggi. Akhirnya saya memutuskan untuk mengganti dengan cara menabung menyisihkan biaya saya sebagai asisten dosen, hingga akhirnya terbeli. Jadi akhirnya saya tidak sama sekali beraksi di perkumpulan tersebut, saya malah menghabisi waktu saya untuk mencari uang membayar hutang tersebut.

Mimpi lalu saya lupakan, sampai akhirnya saya lulus, berkerja dan merasa sudah saatnya mimpi ini dimunculkan kembali. Tepat ketika saya berkerja di PT Indosat, saya memutuskan membeli kamera (dan kini siap dengan konsekuensinya yaitu apabila impulsive terhadap additional item nya). Setelah mempertimbangkan saya memilih Sony Alpha.

Lah fotonya malah pakai Fuji, baru sadar ngga punya foto proper dengan kamera sendiri

Mengapa Sony? Ini alasan yang saya buat sendiri. Saya tidak suka memotret gambar yang memiliki Objek utama tunggal. Seperti memotret model atau mungkin food fotography. Saya suka memotret satu situasi dimana objek yang di bidik menyebar merata sama pentingnya dengan situasi sekitarnya. Contohnya Alam ataupun street photography. Sekali lagi ini alasan berdasarkan pengalaman saya sendiri. Untuk bentuk gambar tersebut, saya merasa cocok dengan Sony. Tidak dengan karakter kamera yang lain.

Mencari uang dari sini? Tidak. Mungkin lebih tepatnya belum terfikir. Saya menyukai fotografi Karena alasan yang sangat aneh. Karena saya merasa saya memiliki sedikit foto masa kecil dan termasuk ketika tumbuh. Sekarang saya ingin merekam semua momen penting, saya ingin ketika saya berhenti dan melihat sesuatu yang menarik buat saya, saya mengabadikannya. Apapun itu.

Sekarang Hobi ini masih di fase awal. Saya masih terus belajar mencari gaya apa yang paling menarik, tema apa yang paling saya sukai, tone apa yang menjadi karakter saya dan lain-lain. Semakin lama, ini semakin menarik.

Review : Slide dari Peak Design.

Sore itu, saya sedang menuju veranda hotel untuk sebuah acara. tanpa sadar saya melamun sambil melihat keluar kaca. pandangan saya terhenti di toko kamera Focus Nusantara Panglima Polim. spontan ketimbang macet, saya meminta driver berhenti dan turun melihat lihat.

Menurut saya, ini jauh lebih nyaman dari JPC kemang, tempat saya biasanya belanja peralatan fotografi. baik pencinta sony, canon, fuji, panasonic disini lengkap sekali. dan jauh lebih nyaman. tidak terlalu sesak seperti di JPC. dan keleluasaan untuk mencoba barangnya terasa lebih nyaman.

Terkait dengan item, saya justru tertarik bukan pada kamera. di area aksesoris, saya menemukan area yang menjajarkan item Peak Design dengan sangat sangat sangat lengkap.

Bagi yang belum tau peak design, saya sendiri melihat brand ini ketika salah satu produk mereka lahir lewat Kickstarter. video yang pertama kali saya lihat adalah video ini

Dari Video itu, saya tertarik dengan beberapa aksesoris dari Peak Design. tapi berdasarkan kebutuhan. saya tidak mengambil barang tersebut. Saya lebih memilih untuk menjajal Slide. Slide adalah produk tali kamera dari Peak design yang menurut saya menyelesaikan banyak permasalahan saya.

Ini dia, Slide dari Peak Design

Saya adalah orang yang sebenarnya tidak suka mengalungkan kamera di leher. saya lebih suka memegang kamera di tangan tanpa terganggu tali yang menjuntai. tapi di beberapa keadaan, pemakaian tali kamera tidak bisa terhindarkan. tetapi untuk kembali melepas tali kamera, itu menyulitkan. Nah dengan Slide, Penghubung antara tali kamera dan kamera itu sendiri terdapat penyambung yang mudah di lepas-pakai kan. ini dia poin terbaik dari item ini!. selain itu, untuk memanjang-pendekan tali kamera sangatlah mudah. ini dia yang saya suka dari brand yang mendesain produk dengan terperinci.

Kelengkapan produk Slide dari Peak Design

Selain itu, di focus nusantara untuk Slide dari peak design ini mereka memiliki Special Item Summit edition. warna Coklat mengkilat persis warna ring yang ada di Kamera Sony saya. sehingga ini sangat cocok ketika digabungkan. Jodoh sekali rasanya. untuk kelengkapan produknya sendiri, mereka menyiapkan dua penghubung cadangan. berdasarkan info dari Sales Focus, tali penghubung akan berubah warna dalam satu periode panjang yang menandakan tali tersebut harus diganti sebelum putus.

Keren!

Bagi teman-teman yang tertarik dengan item ini atau ingin mencoba-coba dahulu, silahkan menuju Focus Nusantara dan lihat-lihat produk Peak design disana. saya rekomendasikan.

Oh ya, Ini dia Video Slide by Peak Design.

Berburu momen di Lombok dan Gili Trawangan.

Pernah membaca tulisan saya mengenai random trip yang beberapa kali terjadi? nah kini kejadian lagi. secara tidak terencana, saya merealisasikan rencana lama yang sebelumnya memendam dan cukup lama tidak terpikirkan. yaitu mengunjungi Lombok, daerah yang sangat membuat saya penasaran karena cukup sering mendengar cerita indahnya baik dari teman ataupun membaca beberapa tulisan. momen ini bertepatan dengan entah kenapa saya sedang cukup penat dengan Jakarta. ditambah rasanya sudah cukup lama saya tidak berpergian sendiri. FYI, ini memang hobi saya sedari dulu. berpergian sendiri, lalu menangkap momen secara random dengan kamera sederhana, untuk dinikmati sendiri.

Saya ingat hari itu hari Jumat, setelah Sholat Jumat saya segera mengunjungi Traveloka untuk cek tiket Lombok dengan Citilink yang ternyata harganya sangat murah. pulang pergi total saya hanya menghabiskan sekitar 950.000 rupiah untuk tiket keesokan harinya. tidak berfikir panjang saya segera membeli tiket tersebut tanpa sama sekali mengenal lombok, area wisatanya dan tidak juga mencari tahu lebih dahulu.

Sabtu pagi pukul 6, saya berangkat melalui Bandara Soekarno hatta, sampai di bandara internasional Lombok, saya tidak ingin menghabiskan waktu. saya segera meluncur ke arah Air Tejun Benang Stokel dan Benang Kelambu. info mengenai tempat ini saya dapatkan dari Satpam di Bandara. se-absurd itu saya menentukan trip perjalanan saya di Lombok.

Yang tidak terencana memang terkadang menyenangkan, sesampai di Benang Stokel, mungkin karena saya sedang cukup penat dengan jakarta membuat saya begitu menikmati segarnya udara di tanah penuh hijau. padahal air terjun pun belum terlihat. Bermodal sekitar 80.000 rupiah untuk izin akses semua air terjun, saya berjalan melakukan semi trakking dengan penduduk lokal. dimulai dari benang stokel yang cukup pendek diraih, hingga benang Kelambu yang menjadi area yang sangat saya tunggu. saya sengaja tidak memakai motor untuk naik agar bisa menikmati pemandangan (ternyata ini membuat lokasi terasa sangat jauh). tapi terbayar dengan segarnya tiap titik terutama Benang Kelambu dimana anda akan sangat nyaman untuk berendam di area yang katanya airnya membuat kita awet muda serta segar untuk Langsung Diminum. pulangnya saya menyempatkan menikmati Bakso di area istirahat. ah menyenangkan.

Si ibu selfie nya terlalu Serius

Selesai dari situ, saya bergerak sendiri mengunjungi tempat-tempat yang disarankan. karena saya menginap di Jayakarta, saya disarankan untuk mampir ke Desa Tenun dan desa kerajinan Tanah liat. spesial di desa kerajinan tanah liat, saya menyempatkan untuk membeli cinderamata dan ikut mencoba membuat kerajinan tersebut. Ternyata tidak semudah yang saya pikir.

Lelah juga, saya melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan masih membawa semua perlengkapan saya. saya mengakhiri hari tersebut dengan langsung menuju Hotel jayakarta. Begitu sampai, saya cukup kagum melihat hotel tersebut tertata begitu istimewa. lokasinya yang tepat di pinggir pantai senggigi disudut yang sangat cantik, kamar yang begitu nyaman. saya menghabiskan sore hingga malam dengan bersantai di pinggir pantainya.

Esok paginya saya memutuskan untuk Ke Gili trawangan dan menginap satu malam (sambil mengorbankan reservasi hari kedua di Jayakarta). saya merasa saya harus menghabiskan waktu dengan lega disana. bermodalkan menyebrang menggunakan perahu cepat, secara random diperjalanan saya memesan hotel Pandawa. tampilannya cukup bagus. begitu sampai, ternyata letak pandawa ada di bagian sepi pulau, jauh dari hingar bingar Gili. ini yang saya cari! begitu check in, saya langsung terkagum-kagum dengan suasana yang tenang serta lokasi yang langsung di bibir pantai. Tanpa basa basi, saya hanya melempar semua barang bawaan ke kamar dan tancap gas menikmati Pantai area pandawa yang tenang. Puas sekali rasanya.

Suasana Hotel Pandawa

Pertualangan di Gili dilanjutkan dengan menyewa sepeda menuju pasar seni, setelah sebelumnya saya sempat melepas penyu kelaut. Malamnya, saya mencoba Seafood gili (yang ternyata harganya mahal sekali!) dan Hangout di salah satu Reggae Bar yang cukup terkenal disana. Funny Story, saya baru sadar ternyata pukul 12 malam adalah waktu yang buruk untuk bersepeda menuju balik pulau. semua jalan gelap. akhirnya saya bertumpu pada delman dimana saya tetap mengendarai sepeda saya membelah pulau gili trawangan tengah malam tanpa lampu sama sekali. Pengalaman yang menegangkan. tapi berdasarkan info penduduk setempat, gili trawangan sangat aman, tidak ada catatan pernah terjadi tindak kriminal walaupun banyak lokasi sepi penduduk di malam hari.

Pagi di hari ketiga saya bertolak langsung menuju Lombok Kembali. saya habiskan sisa waktu saya disana untuk bersantai di Pantai Kuta Lombok yang tenang sekali. Total 3 hari perjalanan solo ke Lombok ini benar-benar memberikan penyegaran total dari banyak sisi. Saya begitu menikmati Solo-trip seperti ini karena biasanya momen ini memberikan banyak pengalaman dan pelajaran baru setelahnya. dan menurut saya, trip Lombok-Gili ini termasuk sangat ramah kantong dan bersahabat untuk kita yang berniat berliburan dengan mode bertualang ataupun bersenang-senang.

mari kita cek tiket, kemana lagi asyiknya setelah ini.

Sydney, dan cerita perjalanan singkat yang menyenangkan.

Masih tentang Sydney.

Australia tidak pernah ada di List tempat yang saya targetkan untuk saya kunjungi, Trip kali itu? lebih bisa disebut kecelakaan. atau mungkin ketidak-sengajaan plus spontanitas. katakanlah karena saya ingin menonton Coldplay saja. Tanpa saya tertarik dengan Kotanya.

Kenyataannya? Saya jatuh cinta dengan Sydney dari hari pertama saya sampai. Udaranya, suasananya, orang-orangnya, Kebiasaan-kebiasaan yang walau saya simpulkan hanya pada waktu singkat kunjungan saya. semuanya. Saya merasa saya betah berlama-lama jalan tanpa tujuan. cuma melihat seluk beluk kota ini yang saya yakin belum terlalu dalam saya selami.

Bangunan kotanya menarik, Campuran antara Gelimang Metropolitan hingga sisi teduh berbaris-baris perumahan. berbeda dengan jakarta yang Ambisius, Sydney modern tapi masih sangat humanis. saya tidak sempat mampir ke seluruh poin menarik kota ini, tapi saya sempat melaksanakan kegiatan favorit saya yaitu Jalan dan Memotret tanpa agenda. Berikut beberapa hasilnya. Semua saya ambil dengan Sony A6000 dengan lensa 50mm F1.8

Bondi Beach, Pantai tenang di tengah Kota.
Burung-burung di sekitar Opera. mereka hinggap tanpa cepat pergi
Menyempatkan diri berfoto ditengah Taman dekat Darling Harbour

Sebelum Lepas Landas
gemerlap Lampu terang ditengah gradasi senja
Kota Sydney
Persimpangan Jalan

Opera Sydney dari kejauhan
Kata-kata “Di Bawah Jembatan” disini mungkin tidak semenyeramkan di tempat kita
Iseng, tapi saya suka hasilnya
Sesama Pemburu Gambar

 

Mampir dan menyapa Jogja.

Ini kali kedua perjalanan saya ke Jogja.

Perjalanan dengan alasan yang mirip dengan perjalanan pertama. Random, mendadak, tanpa persiapan dan memang dari keisengan saja. Ya, jogja memang sesederhana itu. Membuat setiap orang juga tidak perlu memiliki alasan yang kompleks untuk mengunjunginya.

Saat itu setelah sahur, saya tengah menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor. Penat memang saat itu. Dan saya pun sedang merasa pada minggu yang entah kenapa membosankan. Sejenak tergelitik untuk melihat situs penjualan tiket.

“Jogja? Jogja” terlintas begitu saja. Lalu saya beli. Untuk perjalanan malam hari di hari yang sama.

Sesederhana itu, saya tanpa sadar sudah  berada di jogja sebelum isya. Perlu diketahui saya bukan traveller yang patut ditiru. Saya selalu datang tanpa list tujuan. Saya tidak pernah memaksakan diri untuk mengunjungi beberapa tempat yang orang bilang harus didatangi. Terkadang ketika saya merasa perjalanan jauh saya tanpa

Malam pertama saya mencari tempat makan di pinggiran kota Jogja. Sekalian saya belum berbuka. Perjalanan di pinggiran kota jogja malam itu sepi, saya sempat salah mengira karena saya mengira akan sangat ramai. Kopi joss, angkringan. Ya standar, tapi memang itu salah satu yang membuat kita rindu jogja.

Tugu pusat kota Jogja
Tugu pusat kota Jogja

Besoknya saya mampir kebeberapa tempat. Saya bahkan menyempatkan nonton The Conjuring 2 disini hahaha. Tapi salah satu yang unik adalah ketika saya atas saran seorang teman mampir ke Taman Pelangi yang dipenuhi oleh Lampion dengan berbagai bentuk. Tempat seperti ini mungkin tidak semua orang bisa menikmati. Beberapa mungkin merasa terlalu kekanak-kanakan. Tapi inilah menyenangkannya perjalanan random, kita bisa tiba-tiba menikmati. Saat itu saya kesana tepat pada waktu transformasi sore – senja -malam. Terbayang bukan seberapa luar biasanya?

Light will guide you home.
Light will guide you home.
menarik bukan?
menarik bukan?
Taman pohon Lampu
Taman pohon Lampu

Malam itu saya tutup dengan mampir ke alun-alun kota jogja. Lucunya saya kembali tertantang untuk mencoba melewati bagian tengah dua pohon kembar yang terkenal itu. Kali ini tidak semulus pertama kali ke Jogja. Tiga kali saya gagal, tapi akhirnya berhasil setelah mendengar saran dari seorang bapak disana untuk tidak ragu.

ada juga yang tertawa mendengar Joke receh saya
ada juga yang tertawa mendengar Joke receh saya

DSC04935

Foto favorit saya
Foto favorit saya

Dihari terakhir saya di Jogja, saya menyempatkan untuk melakukan sebuah ritual perjalanan. Yaitu Hunting Foto tengah malam. Sebagian besar target saya selalu jalanan. Ini selalu saya nikmati salah satunya karena adrenalin kita dipicu ketika banyak mengambil objek acak yang tidak selalu berkenan fotonya diambil. Sehingga cenderung musti diam-diam. Dan hal yang menyenangkan lagi adalah, di jalanan malioboro sedang banyak karya seni yang entah siapa pembuatnya.

DSC04961 DSC04974 DSC04973 DSC04968 DSC04965

Tidak lama perjalanannya. Hanya dua hari. Saya kembali ke Jakarta hari minggu. Tapi memang tidak perlu waktu lama untuk Jogja menenangkan kita.

Jakarta di Jumat Malam

12662726_10153608001304177_6500314910275342204_n

Jakarta di Jumat malam.

Tentang orang-orang yang sering mengeluh, tapi lupa untuk menyerah.

Tentang orang-orang yang ingin membahagiakan keluarga, dengan terlalu lama meninggalkannya.

Tentang orang-orang yang keras mencari uang, tapi terkadang lupa menikmatinya.

Tentang orang-orang yang menutup hari dengan bilang “saya sudah lelah”, tapi besok mereka bangun lebih pagi dari ayam jantan tetangganya.

Jakarta menghadirkan mimpi,

Tapi menyerahkan ke setiap individu mengenai cara menjemputnya.