Kalau ngobrol tentang musik. saya selalu tergelitik. tergelitik tepatnya karena pengalaman yang menurut saya menarik. salah satu pengalaman paling saya sukai di hidup saya.
Ceritanya berawal dari saya SMP. saya tidak ada keturunan pemusik, tapi bersemangat sekali belajar alat musik. memulai dengan belajar Gitar akustik, lalu saya belajar secara otodidak pula Organ dari organ mainan yang sempat dibelikan mama. dengan skill standar modal belajar sendiri, saya mulai merasa jatuh cinta dengan musik.
Saya bisa bilang tokoh paling berjasa mengenalkan saya dengan musik itu Kakak saya yang paling Sulung. sering sekali didatangi sahabat-sahabatnya yang sedang digandrungi euforia ngeband. seperti biasalah sedang jaman-jamannya anak sekolah ngeband. uang jajan disisihkan demi bisa membayar sewa studio band selama satu jam. kalau tidak salah dulu 10.000 rupiah sudah dapat studio yang bagus sekali. 7000 ya yang lumayan lah. saya jadi ikut menyimak. mereka memainkan musik yang pertama kali saya dengar. saya mendengar banyak musisi, tapi dua musisi yang membuat saya ingin belajar instrumen musik dulunya adalah Gun n Roses dan Power Metal. sambil saya mendengar pula Rock 90an. seluruh Kaset kakak saya mulai dari Boomerang, Edane, Voodoo, Jamrud, Rock Festival Series, bahkan yang Metalik Klinik hingga yang mancanegara seperti Yngwe malmsteen, Europe, Extreme dll menjadi hal yang saya dengar setiap hari. Pagi, siang dan malam.
Ini memperkenalkan saya ke dunia musik lebih dalam lagi. bermodal skill pas pasan saya mulai bergabung dengan teman-teman membentuk Band kecil-kecilan yang membawa lagu jauh lebih tua dari selera musik anak-anak pada umumnya seumuran kami. saya mulai nongkrong di Studio Band yang sering kami sewa. disitu saya berkenalan dengan penjaga studio, seorang pemain musik yang menekuni Organ/piano. saya ingat sekali namanya, namanya Martin. Kak Martin saya memanggilnya.
“Kamu kalau mau main musik, kamu Harus dengar dua musisi ini” ucap kak martin di suatu siang ketika saya sedang menunggu giliran studio sambil mengulik satu lagu dari Power Metal berjudul angkara. ternyata Kak Martin menyodorkan The Beatles dan Queen. saat itu saya kelas 2 SMP. saya dengar, tidak langsung dapat mencerna. tapi saya bawa pulang. saya dengar berulang-ulang. terdiam. dan kagum. mulai hari itu Queen dan The Beatles adalah Pahlawan musik saya. saya lahap album-albumnya, dan saya cintai lagu-lagunya. itu terjadi hingga kini, itulah peristiwa yang membuat saya semakin mencintai musik.
Setelah itu, hidup saya jauh lebih menarik. saya dan sahabat mulai serius belajar musik dan saya memutuskan mendalami alat musik Bass, saya ingat pertama kali saya mengikuti kompetisi band, dengan sangat pas-pasan Band saya membawakan satu lagu dari Boomerang. Kalah? pasti. ditengah musisi-musisi senior palembang kami habis. tapi saya selalu ingat bagaimana hasrat yang terpenuhi ketika mencabik Bass dipanggung dan di tonton oleh banyak sekali tatapan mata. berikutnya kami ikut dan ikut lagi, Edane menjadi pahlawan musik kami berikutnya, lagu lagu edane mengobarkan semangat muda yang luar biasa. dari kalah selalu, kami mulai diperhatikan dan menjadi salah satu Band yang ditunggu tiap Festival musik di Palembang.
itu hanyalah Awal, selanjutnya hidup saya semakin menarik karena musik. saya membentuk Band dengan nama “Dream Fantasy” yang diambil dari salah satu judul album Joe Satriani. justru kami mendalami aliran musik progresif dengan mengusung lagu-lagu Dream Teather. Pull me under, Under Glass Moon, Another day, Strange De Javu dan Take the time jadi lagu Favorit kami. dan Dream Fantasy semakin menjadi Band yang mulai langganan panggung ke panggung dan menyabet beberapa penghargaan bergengsi. saya sempat berguru dengan salah satu pemain Bass legendaris bernama oyong, sebuah cerita seru dimana saya dipersulit terlebih dahulu agar beliau bisa melihat kesungguhan saya. persis seperti tokoh yang mau belajar silat dengan mahaguru kesohor. tapi belajar dengan beliau adalah salah satu pencapaian terbesar saya. Jazz, Rock, dan Funk saya perdalam lewat 4 senar bass lewat beliau.
Suatu hari sambil duduk sehabis mengikuti salah satu Festival, kami berbicara sejenak. mau sampai Kapan kita main musik seperti ini? sibuk memainkan musik rumit, dan melihat penonton terkesima tapi justru tidak merasakan enjoynya bermain musik. kami memutuskan merubah arah bermain musik. tidak lagi festival ke festival. tapi kami ingin bermain musik untuk menghibur. pada saat itu kami memutuskan untuk tidak lagi mendalami musik progresif tapi justru masuk ke musik-musik santai, top 40 dan bertujuan menghibur orang-orang. per saat itu influence musik kami berubah 180 derajat. RnB, Pop alternative, modern rock, Funk adalah musik musik yang kami dalami. puncaknya adalah Dream Fantasy menjuarai kompetisi musik yang digelar di salah satu Club terbesar pada saat itu dipalembang. justru musik yang kami bawa adalah RnB.
Semenjak saat itu, dengan formasi selayaknya band Cafe, nama kami semakin dikenal dengan undangan manggung cafe ke cafe, Mall ke mall, event ke event. orientasi bermusik sudah bukan lagi Festival, tapi kami main musik untuk menghibur. hingga kontrak untuk manggung di Club mulai berdatangan. kami resmi jadi band yang manggung di lokasi-lokasi tempat hiburan.
Perlu diketahui, saat itu saya baru kelas 2 SMA. sebuah kebanggaan karena saya bisa mencari uang sendiri walaupun dengan cara yang tidak biasa untuk anak seumuran itu. uniknya adalah, waktu yang dipakai adalah pukul 10 malam hingga pukul 2 malam sepanjang hari sekolah. ya sepanjang hari sekolah. bisa dibilang itu masa-masa yang cukup berat, karena malam hari hingga pagi saya bermain musik, dan jam 7 pagi hingga 12 siang saya sekolah dan itu terjadi setiap hari. beruntung saya punya teman-teman yang menyenangkan. itu adalah kesempatan pertama saya menghabiskan waktu cukup banyak di Club (dulu menyebutnya diskotik). saya menjelajahi Club-club kecil tempat orang-orang membawa pasangan simpanannya ataupun club tempat anak muda papan atas menghabiskan uangnya. ini Pengalaman yang menyenangkan dan menegangkan. dan saat itu saya tetap bersekolah seperti biasa (dan ternyata tepat menjadi Juara kelas, ini lumayan pencapaian haha). dan saya membayar uang kebutuhan sekolah lewat pendapatan tersebut selain beasiswa yang memang saya terima.
ini semua berakhir ketika masa SMA berakhir. saya memutuskan untuk tidak pernah menjadikan Musik sebagai mata pencaharian utama. saya pindah ke bandung untuk kuliah, semua sahabat merelakan. sebagian mengambil keputusan yang sama dengan saya, dan sebagian tetap bermain musik. bagi musisi yang tidak di ibukota, memang kami tidak terlalu bermimpi panjang terhadap musik, beda dengan musisi-musisi di daerah kota besar dan sekitarnya.
Tapi momen itu, sahabat-sahabat yang menjalani pengalaman itu bersama, menyenangkannya hentakan musik rock di panggung festival ataupun melihat seluruh penonton bergoyang seru lewat panggung club ketika kami memainkan tiap lagunya. saya tidak pernah lupa.
Musik memang menghidupkan semangat untuk kita semua.
Jadi ingin main musik lagi nih. yuk?