Memenangkan hati calon klien di Meeting? ini dia Tips-nya.

photo by Abstract Living

Ini sudah sangat lumrah, kita seringkali ada di kondisi ini. Dimana kita diharuskan melakukan komunikasi bisnis di sebuah meeting dengan seseorang yang cenderung lebih senior atau lebih penting. Tingkatan jabatan berada diatas level kita, atau kita memang pada kondisi sangat berkebutuhan dengan orang tersebut.

Bukan rahasia pula, kondisi tersebut merupakan beban untuk sebagian orang. Minder dan keterbatasan pengetahuan kerap jadi alasan. Ketakutan untuk “Tidak Dihiraukan” membayangi kita bahkan sebelum meeting tersebut terlaksana. Padahal kita bisa mencegah hal-hal tersebut jika kita mengetahui Strateginya.

Berikut Tips-tips yang bisa kita gunakan ketika diharuskan menemui orang dengan level pekerjaan lebih tinggi dan diharuskan untuk memuluskan agenda bisnis kita:

 

CARI TAU, LAKUKAN RISET PERIHAL ORANG TERSEBUT.

Istilah Stalking cukup popular dikalangan anak-anak yang galau karena percintaan, tapi stalking (dengan cara yang tidak berlebihan tentunya) juga bisa kita lakukan kepada tokoh yang akan kita temui di meeting. Bisa dengan follow akun Sosial media untuk mengetahui keminatannya ataupun melihat track record nya di akun Linkedin. Anda bisa menciptakan pembicaran penghantar yang disesuaikan dengan keminatan atau background kerjanya tersebut.

CARI TAU “PROBLEM” DAN “NEEDS” DIA ATAU PERUSAHAANNYA.

Berhentilah untuk memulai pembicaraan dengan panjang lebar menunjukan CompanyProfile perusahaan kita. Mereka belum tentu (bahkan kemungkinan besar) tidak perlu itu. Cari tau permasalahan dia atau perusahaan tempat dia berkerja. Lalu mulailah pembicaraan mengenai hal tersebut dengan tone yang tidak negatif.

PERHATIKAN BAHASA TUBUH.

Ini hal penting yang sering terlupa. Orang-orang penting kerap memperhatikan Bahasa tubuh lawan bicara. Karena secara tidak langsung mereka berfikir bahwa bukan mereka yang berkebutuhan di meeting ini, sehingga setiap gesture yang dianggap merendahkan mereka, akan berdampak mereka tidak memperdulikan kita. Condongkan badan kedepan dengan tidak kaku. Jaga volume suara anda untuk tidak terlalu kecil tapi tidak juga terkesan mendesak. Pandang mata dengan fokus tapi bersahabat. Dan perbanyak senyum, jadilah tamu yang menyenangkan.

PERBANYAK MENDENGAR.

Jangan mendominasi keseluruhan pembicaraan, bahkan anda harus secara jelas meminta orang tersebut memberikan pandangannya. Buat mereka nyaman dengan pembicaraan dua arah ini.

KOMPOSISI 80% PEMBICARAAN FOKUS, 20% KONTEN SELINGAN

Ingat, mereka merasa anda yang membutuhkan mereka, jangan banyak mengisi pembicaraan dengan konten tidak berhubungan yang mereka anggap membuang waktu mereka. Dan peka-lah dengan air muka lawan bicara. Jika terlihat tidak menaruh minat, segera arahkan pembicaraan anda kembali ke konten utama.

BUAT KESIMPULAN DAN JELASKAN CALL TO ACTION.

Karena kita yang berkepentingan, kitalah yang harus menyimpulkan serta merumuskan Call to Action. Tapi harap hati-hati, atur penyebutan call to action dengan kesan tidak memerintah, karena mereka pada posisi bebas mengatur apa yang mereka mau lakukan. Sebutkan list call to action lebih kepada ingin membantu menyimpulkan.

Dengan tips-tips tersebut, kita bisa memberikan kesan yang baik dalam meeting kita bersama pihak tersebut. Komunikasi yang baik, biasanya menimbulkan respek yang baik dari lawan bicara sekalipun mereka belum tentu memiliki kepentingan langsung kepada kita.

Tentang Hobi Fotografi.

Hello, Maaf saya termasuk cukup labil mengupdate blog saya. Sulit ternyata mengkonsistenkan diri untuk menulis. Walaupun sudah diniatkan sekali. Saya sedikit ingin bercerita perihal Fotografi yang sedang menjadi hobi saya sekarang.

Saya ingat, ketika kuliah hobi ini sudah sempat hadir. Tapi saya sangat paham waktu itu, ini termasuk hobi yang mahal. Komitmennya panjang. Begitu kita naik kelas, kita akan semakin tergoda untuk melengkapinya. Menambah item. Menambah apapun juga yang membuat kita merasa bias mendapatkan gambar yang lebih baik. Belum lagi impulsive-impulsif terhadap aksesorisnya yang harganya sangat diatas rata-rata. Tapi dulu sulit rasanya menahan hobi ini, terlebih ada semacam perkumpulan mahasiswa pencinta fotografi. Berbekal dengan meminjam kamera sepupu saya yang jarang dia pakai, bergabunglah saya di komunitas Fotografi ST di STT Telkom saat itu.

Baru saja mencoba, musibah datang. Kamera itu rusak tanpa saya rusak. Tepat pada tangan saya. Padahal bahkan belum saya pergunakan. Dengan harga kamera yang cukup membuat kantong mahasiswa menciut, saya gelisah tingkat tinggi. Akhirnya saya memutuskan untuk mengganti dengan cara menabung menyisihkan biaya saya sebagai asisten dosen, hingga akhirnya terbeli. Jadi akhirnya saya tidak sama sekali beraksi di perkumpulan tersebut, saya malah menghabisi waktu saya untuk mencari uang membayar hutang tersebut.

Mimpi lalu saya lupakan, sampai akhirnya saya lulus, berkerja dan merasa sudah saatnya mimpi ini dimunculkan kembali. Tepat ketika saya berkerja di PT Indosat, saya memutuskan membeli kamera (dan kini siap dengan konsekuensinya yaitu apabila impulsive terhadap additional item nya). Setelah mempertimbangkan saya memilih Sony Alpha.

Lah fotonya malah pakai Fuji, baru sadar ngga punya foto proper dengan kamera sendiri

Mengapa Sony? Ini alasan yang saya buat sendiri. Saya tidak suka memotret gambar yang memiliki Objek utama tunggal. Seperti memotret model atau mungkin food fotography. Saya suka memotret satu situasi dimana objek yang di bidik menyebar merata sama pentingnya dengan situasi sekitarnya. Contohnya Alam ataupun street photography. Sekali lagi ini alasan berdasarkan pengalaman saya sendiri. Untuk bentuk gambar tersebut, saya merasa cocok dengan Sony. Tidak dengan karakter kamera yang lain.

Mencari uang dari sini? Tidak. Mungkin lebih tepatnya belum terfikir. Saya menyukai fotografi Karena alasan yang sangat aneh. Karena saya merasa saya memiliki sedikit foto masa kecil dan termasuk ketika tumbuh. Sekarang saya ingin merekam semua momen penting, saya ingin ketika saya berhenti dan melihat sesuatu yang menarik buat saya, saya mengabadikannya. Apapun itu.

Sekarang Hobi ini masih di fase awal. Saya masih terus belajar mencari gaya apa yang paling menarik, tema apa yang paling saya sukai, tone apa yang menjadi karakter saya dan lain-lain. Semakin lama, ini semakin menarik.

Review : Slide dari Peak Design.

Sore itu, saya sedang menuju veranda hotel untuk sebuah acara. tanpa sadar saya melamun sambil melihat keluar kaca. pandangan saya terhenti di toko kamera Focus Nusantara Panglima Polim. spontan ketimbang macet, saya meminta driver berhenti dan turun melihat lihat.

Menurut saya, ini jauh lebih nyaman dari JPC kemang, tempat saya biasanya belanja peralatan fotografi. baik pencinta sony, canon, fuji, panasonic disini lengkap sekali. dan jauh lebih nyaman. tidak terlalu sesak seperti di JPC. dan keleluasaan untuk mencoba barangnya terasa lebih nyaman.

Terkait dengan item, saya justru tertarik bukan pada kamera. di area aksesoris, saya menemukan area yang menjajarkan item Peak Design dengan sangat sangat sangat lengkap.

Bagi yang belum tau peak design, saya sendiri melihat brand ini ketika salah satu produk mereka lahir lewat Kickstarter. video yang pertama kali saya lihat adalah video ini

Dari Video itu, saya tertarik dengan beberapa aksesoris dari Peak Design. tapi berdasarkan kebutuhan. saya tidak mengambil barang tersebut. Saya lebih memilih untuk menjajal Slide. Slide adalah produk tali kamera dari Peak design yang menurut saya menyelesaikan banyak permasalahan saya.

Ini dia, Slide dari Peak Design

Saya adalah orang yang sebenarnya tidak suka mengalungkan kamera di leher. saya lebih suka memegang kamera di tangan tanpa terganggu tali yang menjuntai. tapi di beberapa keadaan, pemakaian tali kamera tidak bisa terhindarkan. tetapi untuk kembali melepas tali kamera, itu menyulitkan. Nah dengan Slide, Penghubung antara tali kamera dan kamera itu sendiri terdapat penyambung yang mudah di lepas-pakai kan. ini dia poin terbaik dari item ini!. selain itu, untuk memanjang-pendekan tali kamera sangatlah mudah. ini dia yang saya suka dari brand yang mendesain produk dengan terperinci.

Kelengkapan produk Slide dari Peak Design

Selain itu, di focus nusantara untuk Slide dari peak design ini mereka memiliki Special Item Summit edition. warna Coklat mengkilat persis warna ring yang ada di Kamera Sony saya. sehingga ini sangat cocok ketika digabungkan. Jodoh sekali rasanya. untuk kelengkapan produknya sendiri, mereka menyiapkan dua penghubung cadangan. berdasarkan info dari Sales Focus, tali penghubung akan berubah warna dalam satu periode panjang yang menandakan tali tersebut harus diganti sebelum putus.

Keren!

Bagi teman-teman yang tertarik dengan item ini atau ingin mencoba-coba dahulu, silahkan menuju Focus Nusantara dan lihat-lihat produk Peak design disana. saya rekomendasikan.

Oh ya, Ini dia Video Slide by Peak Design.

Bagaimana Kementrian menerapkan Digital Communication Strategy?

Bisa dibilang, beberapa bulan terakhir saya cukup sering menampakan diri di dua kementrian dibawah pemerintahan Indonesia. Yang pertama adalah Kementrian Keuangan, yang kedua adalah Kementrian komunikasi dan Informasi.

Satu hal, saya kagum. Sepertinya tidak lagi kita harus terlalu sinis dengan kementrian atas tuduhan tidak inovatif, berada pada zona nyaman, tidak membuat terobosan dll. Terbukti mereka sangat ingin berkembang, Contohnya, kini mereka giat memanggil narasumber dari luar kementrian untuk hadir agar mereka dapat belajar banyak hal baru.

Ketika mengisi di Kementrian Keuangan

Saya di panggil untuk kurang lebih materi yang sama. Sharing tentang pengalaman mengenai Digital Business dan Digital Communication. Kurang lebih untuk digital communication, mereka berharap dapat menerapkan apa yang dilakukan perusahaan swasta ke kementrian. Menurut saya ini Make sense, since Kementrian kini katakanlah punya “Produk” yang dikomunikasikan ke Rakyat yang disini sebagai “Customer”. Produk tersebut adalah Layanan atau Kebijakan.

Masalah ketika menyampaikan? Tentu saja ada. Untuk pegawai kementrian yang muda sangat antusias mendengar saya bicara. Tetapi untuk pegawai senior, bahkan terlihat sangat tidak tertarik. Ini dia tantangan kementrian untuk menanamkan mindset secara perlahan ke pegawai kementrian senior yang hingga kini masih menjadi pengambil keputusan. Jika tidak, tentu percuma.

Berkontribusi di salah satu event Kementrian Komunikasi dan Informasi

Ada beberapa hal yang saya lihat perlu untuk ditanamkan oleh kementrian ketika mereka mau menerapkan Digital Communication sebagai strategi penting. Kira kira seperti ini:

Harus belajar menerapkan KPI pada strategi komunikasi. Terutama Digital

Banyak yang bilang, Kementrian berkerja terkadang seperti tanpa KPI. Ini harus kita ubah perlahan. Seperti perusahaan swasta yang hidup matinya tergantung di KPI, KPI komunikasi terutama digital adalah hal penting sekaligus bias menjadi acuan jelas untuk kerja.

Harus bisa mengemas dengan jelas Produknya (Layanan atau Kebijakan)

Kami di swasta biasanya menjual produk nyata ataupun layanan, tapi di kementrian sedikit sulit. Biasanya fokus mereka adalah mendeliver produk bersifat kebijakan. Ini bentuknya bias di bilang sedikit absurd. Pegawai kementrian harus bias mengemas kebijakan ini sebagai produk yang jelas untuk di konsumsi. Bikin definisi dan Call to action yang jelas untuk rakyat.

Mulai untuk membiasakan pegawainya untuk terbiasa menggunakan media digital.

Bagaimana mau dianggap penting, jika digital sendiri bukan hal yang biasanya digunakan oleh stakeholder didalamnya. Karena itu menurut saya penting untuk membuat mereka terbiasa menggunakan media digital.

Hilangkan Pola Pemikiran “Terima atau tidak, Rakyat harus menjalani ini”

Ini dia. Konsep berfikir apa yang di deliver adalah Mandatory ini membuat keinginan para pegawai kementrian untuk mengemas secara berkualitas “Komunikasi Kebijakan” mereka menjadi rendah. Sekali lagi, ubah mindset seperti karyawan swasta yang hidup matinya ditentukan oleh penerimaan konsumen terhadap produk mereka.

Edukasi down to Top. Serta komitmen Top Down.

Perlu di akui, Pemahaman digital communication di kementrian justru banyak hadir duluan di karyawan muda atau Gen Y. jangan malu malu untuk brainstorm dan peroleh masukan dari mereka. Tapi untuk komitmen? Ini jelas harus top down. Setelah semua framework strategi jelas, mintalah endorse dari Boss tertinggi di kementrian tersebut untuk menerapkan Digital sebagai strategy wajib. Mau tidak mau. Dan biarkan mereka terbiasa setelahnya.

 

Dokumentasi Mimpi semasa Kuliah. Terima kasih MIX

Saya paham betul. itu bukan hal yang perlu dibanggakan. tapi setiap orang di hidupnya memang punya banyak objektif kecil yang berbeda-beda kan? salah satunya saya.

Dulu saya punya mimpi yang tidak penting. saya ingin berada pada posisi strategis dan pada level menejerial yang cukup senior sebelum umur 30 tahun. ambil contoh ya Posisi GM atau Vice President. ditanya mengapa? ya tidak ada apa-apa. hanya pingin saja. lebih tepatnya mimpi anak kuliahan saja. Tapi benar kata orang, memang bermimpi itu salah satu cara untuk menyetel target. dan membuat kita berusaha menciptakan jalan untuk itu. Tanpa sadar kita jadi lebih terarah dalam menciptakan jalan karirnya.

Ulasan di MIX Magazine

Terima Kasih Mix Magazine atas tulisan singkatnya. saya tidak tahu apakah tulisan ini masih berlaku atau tidak, tapi sebuah kebanggaan mimpi kecil yang terealisasi ini di dokumentasikan oleh salah satu majalah bisnis/marketing terbaik di Indonesia.

 

Majalah MIX yang memuat artikel tersebut

 

 

Biar dia yang mewakilkan Mimpi saya bermain biola.

Saya mau menulis cerita kecil. bentuk cerita yang jarang saya tampilkan di Blog saya.

Saya sejak Akhir sekolah dasar memiliki ketertarikan dengan musik. beberapa instrumen, beberapa genre dan tentunya beberapa musisi. kebanyakan alat musik yang saya pelajari adalah alat musik standar yang bisa di coba di banyak studio rental musik. kecenderungan belajar saya cukup tinggi sehingga saya menguasai cukup banyak alat musik walaupun beberapa hanya pada level standar. sebagian lagi saya dalami.

Tapi saya punya keinginan. saya ingin bisa bermain Biola.

Keinginan ini saat itu tidak terlalu mudah untuk bisa direalisasikan. selain alat musiknya ini cenderung harus dimiliki (Berbeda dengan instrumen lain yang gampang diperoleh di Studio rental) hal ini cukup menjadi hambatan mengingat saat itu saya tidak pada kondisi mudah meminta sejumlah uang untuk alat musik, Biola juga tipe alat musik yang akan lebih maksimal jika dipelajari dengan bantuan orang lain (seperti melalui guru atau kursus). dikarenakan beberapa keterbatasan, mimpi ini saya kubur sementara. hingga ternyata setelahnya saya semakin lupa dan tidak menempatkan ini menjadi Prioritas kembali.

Bertahun-tahun setelahnya. tepatnya ketika saya tidak lagi aktif di dunia musik. saya sudah total menjadi seorang profesional yang menaruh sebagian besar waktu saya untuk bisnis. Saya ingat betul momen itu ketika saya pulang ke Palembang mendekati Lebaran. Ibu saya bercerita.

“Kamu ingat dulu ingin bisa bermain biola? sepertinya ada yang punya keinginan yang sama” ujar ibu saya.

Adik saya yang paling bungsu. Almira Ramadhea Maharani atau yang kami panggil Ping-ping. ibu saya bercerita, suatu hari dia pulang dari sekolah memegang kertas tulisan tangan. mengenai list harga Biola mulai dari yang Paling murah hingga yang menengah, dengan tujuan ingin meminta dibelikan tapi dia memudahkan kami memilih. dan kertas kedua, masih dengan tulisan tangannya yang belum rapih.. dia mencatat harga kursus biola yang dia tanya sendiri kepada guru musiknya. perkataannya cukup simple.

“Ping-ping mau belajar Biola. Mau Bisa main biola. Boleh?”

Tidak berfikir dua kali. semua yang dia butuhkan untuk keinginannya itu saya lengkapi. bagi saya, mimpi bisa diwakili. jika saya tidak bisa bermain biola, dia yang akan mewakili saya suatu hari menyusun nada lewat biolanya, untuk saya dengarkan. sekarang, perlahan-lahan dia membuktikan untuk membawa dengan baik mimpi yang dititipkan.

Berburu momen di Lombok dan Gili Trawangan.

Pernah membaca tulisan saya mengenai random trip yang beberapa kali terjadi? nah kini kejadian lagi. secara tidak terencana, saya merealisasikan rencana lama yang sebelumnya memendam dan cukup lama tidak terpikirkan. yaitu mengunjungi Lombok, daerah yang sangat membuat saya penasaran karena cukup sering mendengar cerita indahnya baik dari teman ataupun membaca beberapa tulisan. momen ini bertepatan dengan entah kenapa saya sedang cukup penat dengan Jakarta. ditambah rasanya sudah cukup lama saya tidak berpergian sendiri. FYI, ini memang hobi saya sedari dulu. berpergian sendiri, lalu menangkap momen secara random dengan kamera sederhana, untuk dinikmati sendiri.

Saya ingat hari itu hari Jumat, setelah Sholat Jumat saya segera mengunjungi Traveloka untuk cek tiket Lombok dengan Citilink yang ternyata harganya sangat murah. pulang pergi total saya hanya menghabiskan sekitar 950.000 rupiah untuk tiket keesokan harinya. tidak berfikir panjang saya segera membeli tiket tersebut tanpa sama sekali mengenal lombok, area wisatanya dan tidak juga mencari tahu lebih dahulu.

Sabtu pagi pukul 6, saya berangkat melalui Bandara Soekarno hatta, sampai di bandara internasional Lombok, saya tidak ingin menghabiskan waktu. saya segera meluncur ke arah Air Tejun Benang Stokel dan Benang Kelambu. info mengenai tempat ini saya dapatkan dari Satpam di Bandara. se-absurd itu saya menentukan trip perjalanan saya di Lombok.

Yang tidak terencana memang terkadang menyenangkan, sesampai di Benang Stokel, mungkin karena saya sedang cukup penat dengan jakarta membuat saya begitu menikmati segarnya udara di tanah penuh hijau. padahal air terjun pun belum terlihat. Bermodal sekitar 80.000 rupiah untuk izin akses semua air terjun, saya berjalan melakukan semi trakking dengan penduduk lokal. dimulai dari benang stokel yang cukup pendek diraih, hingga benang Kelambu yang menjadi area yang sangat saya tunggu. saya sengaja tidak memakai motor untuk naik agar bisa menikmati pemandangan (ternyata ini membuat lokasi terasa sangat jauh). tapi terbayar dengan segarnya tiap titik terutama Benang Kelambu dimana anda akan sangat nyaman untuk berendam di area yang katanya airnya membuat kita awet muda serta segar untuk Langsung Diminum. pulangnya saya menyempatkan menikmati Bakso di area istirahat. ah menyenangkan.

Si ibu selfie nya terlalu Serius

Selesai dari situ, saya bergerak sendiri mengunjungi tempat-tempat yang disarankan. karena saya menginap di Jayakarta, saya disarankan untuk mampir ke Desa Tenun dan desa kerajinan Tanah liat. spesial di desa kerajinan tanah liat, saya menyempatkan untuk membeli cinderamata dan ikut mencoba membuat kerajinan tersebut. Ternyata tidak semudah yang saya pikir.

Lelah juga, saya melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan masih membawa semua perlengkapan saya. saya mengakhiri hari tersebut dengan langsung menuju Hotel jayakarta. Begitu sampai, saya cukup kagum melihat hotel tersebut tertata begitu istimewa. lokasinya yang tepat di pinggir pantai senggigi disudut yang sangat cantik, kamar yang begitu nyaman. saya menghabiskan sore hingga malam dengan bersantai di pinggir pantainya.

Esok paginya saya memutuskan untuk Ke Gili trawangan dan menginap satu malam (sambil mengorbankan reservasi hari kedua di Jayakarta). saya merasa saya harus menghabiskan waktu dengan lega disana. bermodalkan menyebrang menggunakan perahu cepat, secara random diperjalanan saya memesan hotel Pandawa. tampilannya cukup bagus. begitu sampai, ternyata letak pandawa ada di bagian sepi pulau, jauh dari hingar bingar Gili. ini yang saya cari! begitu check in, saya langsung terkagum-kagum dengan suasana yang tenang serta lokasi yang langsung di bibir pantai. Tanpa basa basi, saya hanya melempar semua barang bawaan ke kamar dan tancap gas menikmati Pantai area pandawa yang tenang. Puas sekali rasanya.

Suasana Hotel Pandawa

Pertualangan di Gili dilanjutkan dengan menyewa sepeda menuju pasar seni, setelah sebelumnya saya sempat melepas penyu kelaut. Malamnya, saya mencoba Seafood gili (yang ternyata harganya mahal sekali!) dan Hangout di salah satu Reggae Bar yang cukup terkenal disana. Funny Story, saya baru sadar ternyata pukul 12 malam adalah waktu yang buruk untuk bersepeda menuju balik pulau. semua jalan gelap. akhirnya saya bertumpu pada delman dimana saya tetap mengendarai sepeda saya membelah pulau gili trawangan tengah malam tanpa lampu sama sekali. Pengalaman yang menegangkan. tapi berdasarkan info penduduk setempat, gili trawangan sangat aman, tidak ada catatan pernah terjadi tindak kriminal walaupun banyak lokasi sepi penduduk di malam hari.

Pagi di hari ketiga saya bertolak langsung menuju Lombok Kembali. saya habiskan sisa waktu saya disana untuk bersantai di Pantai Kuta Lombok yang tenang sekali. Total 3 hari perjalanan solo ke Lombok ini benar-benar memberikan penyegaran total dari banyak sisi. Saya begitu menikmati Solo-trip seperti ini karena biasanya momen ini memberikan banyak pengalaman dan pelajaran baru setelahnya. dan menurut saya, trip Lombok-Gili ini termasuk sangat ramah kantong dan bersahabat untuk kita yang berniat berliburan dengan mode bertualang ataupun bersenang-senang.

mari kita cek tiket, kemana lagi asyiknya setelah ini.

Berbicara tentang Developer di Bekraf Dev Conference 2016

Dari beberapa undangan untuk sharing, kali ini agak unik. untuk pertama kalinya saya diundang di forum Developer. dimana 100% orang yang mendengar adalah Developer. dan dimana saya 100% bukanlah Developer. 0% sama sekali perihal kemampuan berbahasa pemograman.

Tapi memang saya hidup dengan dikelilingi Programer. mulai dari ketika saya berkantor di Kompas Gramedia, saya selalu berkerja bersama Web/Mobile Developer. biasanya saya yang produksi Ide dan validasi market, setelah itu produk dibangun oleh para developer. hingga sekarang pun, selain teman-teman kantor saya juga berteman dengan banyak Developer di luar lingkup pekerjaan saya.

Nah mengapa kali ini saya hadir ditengah-tengah Developer? tidak lain dan tidak bukan karena Ideabox. Di Indosat Ooredoo, salah satu area yang menjadi tugas saya adalah mempromosikan Ideabox. Sebuah inisiatif Indosat Ooredoo terkait dengan Penanaman Investasi di dunia startup. Setelah sukses menjalankan 3 batch dengan Ideabox Accelerator, kami baru saja meluncurkan Ideabox Ventures. Mungkin saya akan ceritakan di postingan lainnya.

Uniknya hari itu saya berbicara sebagai panelis bersama 5 orang. dimana 4 orang diantaranya adalah orang Microsoft atau alumni Microsoft. ada Irving yang berkerja sebagai Audience Marketing Manager Microsoft, Risman Adnan mantan DPE Director yang kini menjadi Research Director Samsung, Irsan yang saat ini menggawangi support IBM untuk dunia startup serta Anvid yang kini menjabat sebagai Product Manager Lenovo Mobile.

Berbicara mengenai Support Indosat Ooredoo ke Developer, sudah jelas kami hadir dengan 3 inisiatif. Ideabox Alpha, Ideabox ventures serta SB-Isat. selain menanamkan investasi lewat cash money, Indosat Ooredoo juga menyiapkan fasilitas seperti Coworkingspace sebagai lokasi ngantor. dan Serunya lagi, kami mendukung penuh lewat Go to market Support, dengan kata lain kita akan membantu startup tersebut untuk bisa reach 80 juta lebih pelanggan Indosat Ooredoo tentunya dengan cara yang benar. Fantastis Bukan?

Selain itu saya juga berdiskusi penuh terkait saran saya secara Pribadi kepada para Startup yang sedang mencari dukungan Perusahaan lain. Saran saya adalah berhentilah menjual cerita Nasionalis abu-abu. Maksud saya adalah tipikal cerita yang mengkedepankan poin bahwa produk ini adalah karya anak indonesia untuk menutupi Kualitas produk yang masih setengah-setengah. dan yang kedua, startup tersebut harus memastikan bahwa mereka memberikan benefit yang sesuai untuk Company yang sedang mereka minta dukungannya. bukan membawa alasan bahwa Company yang sudah pada kondisi yang lebih baik harus membantu Company Baru. sehingga kerjasama yang terjadi benar-benar kerjasama yang mutual.

Melihat Geliat Programmer di Indonesia saat ini, Saya Optimis rencana Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai Area Pengembangan produk digital di kawasan Asia bisa menjadi kenyataan.

Sydney, dan cerita perjalanan singkat yang menyenangkan.

Masih tentang Sydney.

Australia tidak pernah ada di List tempat yang saya targetkan untuk saya kunjungi, Trip kali itu? lebih bisa disebut kecelakaan. atau mungkin ketidak-sengajaan plus spontanitas. katakanlah karena saya ingin menonton Coldplay saja. Tanpa saya tertarik dengan Kotanya.

Kenyataannya? Saya jatuh cinta dengan Sydney dari hari pertama saya sampai. Udaranya, suasananya, orang-orangnya, Kebiasaan-kebiasaan yang walau saya simpulkan hanya pada waktu singkat kunjungan saya. semuanya. Saya merasa saya betah berlama-lama jalan tanpa tujuan. cuma melihat seluk beluk kota ini yang saya yakin belum terlalu dalam saya selami.

Bangunan kotanya menarik, Campuran antara Gelimang Metropolitan hingga sisi teduh berbaris-baris perumahan. berbeda dengan jakarta yang Ambisius, Sydney modern tapi masih sangat humanis. saya tidak sempat mampir ke seluruh poin menarik kota ini, tapi saya sempat melaksanakan kegiatan favorit saya yaitu Jalan dan Memotret tanpa agenda. Berikut beberapa hasilnya. Semua saya ambil dengan Sony A6000 dengan lensa 50mm F1.8

Bondi Beach, Pantai tenang di tengah Kota.
Burung-burung di sekitar Opera. mereka hinggap tanpa cepat pergi
Menyempatkan diri berfoto ditengah Taman dekat Darling Harbour

Sebelum Lepas Landas
gemerlap Lampu terang ditengah gradasi senja
Kota Sydney
Persimpangan Jalan

Opera Sydney dari kejauhan
Kata-kata “Di Bawah Jembatan” disini mungkin tidak semenyeramkan di tempat kita
Iseng, tapi saya suka hasilnya
Sesama Pemburu Gambar

 

Menonton “A Head Full of Dreams” #ColdplaySydney

Lama tidak update Blog.

Oh ya, baru-baru ini saya baru saja kembali dari SydYaney, dimana saya pergi kesana dengan tujuan menonton Konser Coldplay “A Head Full of Dreams”. Saya penggemar Coldplay? tidak terlalu yakin. Beberapa lagu Coldplay yang muncul di playlist saya kebanyakan lagu Mainstreamnya. Album baru bahkan saya tidak langsung bisa menikmati karena saya merasa Genre nya sedikit keluar dari pakem Coldplay sebelumnya (Ini Hanya Pendapat Pribadi). Tapi Coldplay selalu jadi Band yang berada di puncak rencana saya untuk saya tonton Aksi Panggungnya. Karena dari banyak informasi teman, Konser mereka selalu sempurna dari berbagai sisi.

Kenyataannya? Tidak meleset sama sekali. baiklah saya akan coba menjabarkan beberapa pendapat saya terkait konser ini.

PROSES DAN ADMINISTRASI MASUK? MULUS.

Saya tidak bicara perihal proses mendapatkan tiket ya. karena saya juga dibantu orang lain. saya berbicara perihal ketika kita tiba di venue hingga proses masuk. saya ingat ketika saya datang ke beberapa konser dalam negeri, untuk jumlah orang yang tidak terlalu banyak, rawan rusuh, teriak-teriakan, umpat, himpit-himpit bercampur keringat sudah jadi makanan sehari-hari. disini? dengan jumlah ratusan ribu ditambah proses pembagian gelang dan souvenir, saya tidak merasa menunggu sama sekali. masuk mulus saja bahkan saya lupa di proses mana kita di verifikasi secara detil. tiba-sudah di dalam saja. dan semua penjaga tegas tapi menghadirkan respek dengan cukup baik.

CROWD YANG SOPAN DAN FUN

Ini sih sedikit tidak berhubungan dengan penyelenggara. tapi entah kenapa saya merasa sangat suka dengan Crowd di konser ini. semuanya “Senggol jadi Teman”. tiba-tiba semua sudah seru-seruan bareng seolah satu rombongan. dan banyak percakapan dadakan tiba-tiba terjadi ditengah-tengah konser. semua rapi dan sangat memperhatikan orang-orang sekeliling.

MUSISI PEMBUKA YANG KEREN

Jess Kent, kabarnya arti youtube yang cukup terkenal di beberapa negara. tampil cukup impresif dengan membawakan beberapa lagu Cover, tapi pahlawan saya tetap Lianne La Havas yang penampilannya memukau. saya tidak pernah dengar sebelumnya, tapi saya terhipnotis dengan semua lagu yang padahal baru saya dengar saat itu juga.

TATA VISUAL KONSER YANG 99.99% SEMPURNA

Saya Rasa saya tidak berlebihan. ketika masuk, kita diberikan satu perangkat seperti jam dimana harus kita aktifkan sebelum Coldplay naik panggung. ternyata itu memancarkan Lampu yang entah dikontrol dari kejauhan dimana memiliki sekitar 5 warna berbeda dan akan menyala sesuai lagu. contohnya, ketika lagu Yellow semua gelang menyalakan lampu kuning, dan ketika A Head Full of Dreams mereka menyalakan lampu warna warni. cahaya ini menjadi hal yang paling menarik dan sangat “Instagramgenic” untuk sebagian orang. saya sendiri cuma bisa terpana sambil menikmati, memilih untuk tidak merepotkan diri untuk merekam. Selebihnya, tata layar yang tampil di panggung menurut saya dirancang oleh orang yang jenius, sangat pas dengan semua momen yang sedang berlangsung.

COLDPLAY? LUAR BIASA.

Seperti yang saya bilang diatas, saya bukan yang sangat fanatik dengan Coldplay. tadinya saya malas kalau banyak fase bengong ditengah konser. faktanya? mereka memang Entertainer sejati, raja panggung dan Band yang sangat menghibur. Spirit Chris seperti menjalar kesemua penontonnya. energi seperti tidak habis. Mereka menyanyikan hampir semua lagu terbiak mereka mulai dari album awal hingga akhir (Seingat saya mereka hanya tidak menyanyikan Speed of Sound). Perpaduan mereka dengan visual layar yang hadir terintegrasi sempurna. saya menyanyi, berjingkrak dari awal hingga akhir tanpa ada jeda tidak menikmati. mood naik turun yang diciptakan di tengah lagu juga berjasa membuat kita selalu menikmati tiap detiknya. Coldplay memang Juara.

Di konser ini, meskipun saya membawa kamera, saya memilih untuk tidak merekam sama sekali karena saya ingin menikmati setiap detiknya. dan jika teman-teman bertanya apakah ini worth untuk ditonton. jawaban saya… “Lebih dari itu”