Hello, Maaf saya termasuk cukup labil mengupdate blog saya. Sulit ternyata mengkonsistenkan diri untuk menulis. Walaupun sudah diniatkan sekali. Saya sedikit ingin bercerita perihal Fotografi yang sedang menjadi hobi saya sekarang.
Saya ingat, ketika kuliah hobi ini sudah sempat hadir. Tapi saya sangat paham waktu itu, ini termasuk hobi yang mahal. Komitmennya panjang. Begitu kita naik kelas, kita akan semakin tergoda untuk melengkapinya. Menambah item. Menambah apapun juga yang membuat kita merasa bias mendapatkan gambar yang lebih baik. Belum lagi impulsive-impulsif terhadap aksesorisnya yang harganya sangat diatas rata-rata. Tapi dulu sulit rasanya menahan hobi ini, terlebih ada semacam perkumpulan mahasiswa pencinta fotografi. Berbekal dengan meminjam kamera sepupu saya yang jarang dia pakai, bergabunglah saya di komunitas Fotografi ST di STT Telkom saat itu.
Baru saja mencoba, musibah datang. Kamera itu rusak tanpa saya rusak. Tepat pada tangan saya. Padahal bahkan belum saya pergunakan. Dengan harga kamera yang cukup membuat kantong mahasiswa menciut, saya gelisah tingkat tinggi. Akhirnya saya memutuskan untuk mengganti dengan cara menabung menyisihkan biaya saya sebagai asisten dosen, hingga akhirnya terbeli. Jadi akhirnya saya tidak sama sekali beraksi di perkumpulan tersebut, saya malah menghabisi waktu saya untuk mencari uang membayar hutang tersebut.
Mimpi lalu saya lupakan, sampai akhirnya saya lulus, berkerja dan merasa sudah saatnya mimpi ini dimunculkan kembali. Tepat ketika saya berkerja di PT Indosat, saya memutuskan membeli kamera (dan kini siap dengan konsekuensinya yaitu apabila impulsive terhadap additional item nya). Setelah mempertimbangkan saya memilih Sony Alpha.
Mengapa Sony? Ini alasan yang saya buat sendiri. Saya tidak suka memotret gambar yang memiliki Objek utama tunggal. Seperti memotret model atau mungkin food fotography. Saya suka memotret satu situasi dimana objek yang di bidik menyebar merata sama pentingnya dengan situasi sekitarnya. Contohnya Alam ataupun street photography. Sekali lagi ini alasan berdasarkan pengalaman saya sendiri. Untuk bentuk gambar tersebut, saya merasa cocok dengan Sony. Tidak dengan karakter kamera yang lain.
Mencari uang dari sini? Tidak. Mungkin lebih tepatnya belum terfikir. Saya menyukai fotografi Karena alasan yang sangat aneh. Karena saya merasa saya memiliki sedikit foto masa kecil dan termasuk ketika tumbuh. Sekarang saya ingin merekam semua momen penting, saya ingin ketika saya berhenti dan melihat sesuatu yang menarik buat saya, saya mengabadikannya. Apapun itu.
Sekarang Hobi ini masih di fase awal. Saya masih terus belajar mencari gaya apa yang paling menarik, tema apa yang paling saya sukai, tone apa yang menjadi karakter saya dan lain-lain. Semakin lama, ini semakin menarik.
Pernah membaca tulisan saya mengenai random trip yang beberapa kali terjadi? nah kini kejadian lagi. secara tidak terencana, saya merealisasikan rencana lama yang sebelumnya memendam dan cukup lama tidak terpikirkan. yaitu mengunjungi Lombok, daerah yang sangat membuat saya penasaran karena cukup sering mendengar cerita indahnya baik dari teman ataupun membaca beberapa tulisan. momen ini bertepatan dengan entah kenapa saya sedang cukup penat dengan Jakarta. ditambah rasanya sudah cukup lama saya tidak berpergian sendiri. FYI, ini memang hobi saya sedari dulu. berpergian sendiri, lalu menangkap momen secara random dengan kamera sederhana, untuk dinikmati sendiri.
Saya ingat hari itu hari Jumat, setelah Sholat Jumat saya segera mengunjungi Traveloka untuk cek tiket Lombok dengan Citilink yang ternyata harganya sangat murah. pulang pergi total saya hanya menghabiskan sekitar 950.000 rupiah untuk tiket keesokan harinya. tidak berfikir panjang saya segera membeli tiket tersebut tanpa sama sekali mengenal lombok, area wisatanya dan tidak juga mencari tahu lebih dahulu.
Sabtu pagi pukul 6, saya berangkat melalui Bandara Soekarno hatta, sampai di bandara internasional Lombok, saya tidak ingin menghabiskan waktu. saya segera meluncur ke arah Air Tejun Benang Stokel dan Benang Kelambu. info mengenai tempat ini saya dapatkan dari Satpam di Bandara. se-absurd itu saya menentukan trip perjalanan saya di Lombok.
Yang tidak terencana memang terkadang menyenangkan, sesampai di Benang Stokel, mungkin karena saya sedang cukup penat dengan jakarta membuat saya begitu menikmati segarnya udara di tanah penuh hijau. padahal air terjun pun belum terlihat. Bermodal sekitar 80.000 rupiah untuk izin akses semua air terjun, saya berjalan melakukan semi trakking dengan penduduk lokal. dimulai dari benang stokel yang cukup pendek diraih, hingga benang Kelambu yang menjadi area yang sangat saya tunggu. saya sengaja tidak memakai motor untuk naik agar bisa menikmati pemandangan (ternyata ini membuat lokasi terasa sangat jauh). tapi terbayar dengan segarnya tiap titik terutama Benang Kelambu dimana anda akan sangat nyaman untuk berendam di area yang katanya airnya membuat kita awet muda serta segar untuk Langsung Diminum. pulangnya saya menyempatkan menikmati Bakso di area istirahat. ah menyenangkan.
Selesai dari situ, saya bergerak sendiri mengunjungi tempat-tempat yang disarankan. karena saya menginap di Jayakarta, saya disarankan untuk mampir ke Desa Tenun dan desa kerajinan Tanah liat. spesial di desa kerajinan tanah liat, saya menyempatkan untuk membeli cinderamata dan ikut mencoba membuat kerajinan tersebut. Ternyata tidak semudah yang saya pikir.
Lelah juga, saya melakukan aktivitas-aktivitas tersebut dengan masih membawa semua perlengkapan saya. saya mengakhiri hari tersebut dengan langsung menuju Hotel jayakarta. Begitu sampai, saya cukup kagum melihat hotel tersebut tertata begitu istimewa. lokasinya yang tepat di pinggir pantai senggigi disudut yang sangat cantik, kamar yang begitu nyaman. saya menghabiskan sore hingga malam dengan bersantai di pinggir pantainya.
Esok paginya saya memutuskan untuk Ke Gili trawangan dan menginap satu malam (sambil mengorbankan reservasi hari kedua di Jayakarta). saya merasa saya harus menghabiskan waktu dengan lega disana. bermodalkan menyebrang menggunakan perahu cepat, secara random diperjalanan saya memesan hotel Pandawa. tampilannya cukup bagus. begitu sampai, ternyata letak pandawa ada di bagian sepi pulau, jauh dari hingar bingar Gili. ini yang saya cari! begitu check in, saya langsung terkagum-kagum dengan suasana yang tenang serta lokasi yang langsung di bibir pantai. Tanpa basa basi, saya hanya melempar semua barang bawaan ke kamar dan tancap gas menikmati Pantai area pandawa yang tenang. Puas sekali rasanya.
Pertualangan di Gili dilanjutkan dengan menyewa sepeda menuju pasar seni, setelah sebelumnya saya sempat melepas penyu kelaut. Malamnya, saya mencoba Seafood gili (yang ternyata harganya mahal sekali!) dan Hangout di salah satu Reggae Bar yang cukup terkenal disana. Funny Story, saya baru sadar ternyata pukul 12 malam adalah waktu yang buruk untuk bersepeda menuju balik pulau. semua jalan gelap. akhirnya saya bertumpu pada delman dimana saya tetap mengendarai sepeda saya membelah pulau gili trawangan tengah malam tanpa lampu sama sekali. Pengalaman yang menegangkan. tapi berdasarkan info penduduk setempat, gili trawangan sangat aman, tidak ada catatan pernah terjadi tindak kriminal walaupun banyak lokasi sepi penduduk di malam hari.
Pagi di hari ketiga saya bertolak langsung menuju Lombok Kembali. saya habiskan sisa waktu saya disana untuk bersantai di Pantai Kuta Lombok yang tenang sekali. Total 3 hari perjalanan solo ke Lombok ini benar-benar memberikan penyegaran total dari banyak sisi. Saya begitu menikmati Solo-trip seperti ini karena biasanya momen ini memberikan banyak pengalaman dan pelajaran baru setelahnya. dan menurut saya, trip Lombok-Gili ini termasuk sangat ramah kantong dan bersahabat untuk kita yang berniat berliburan dengan mode bertualang ataupun bersenang-senang.
mari kita cek tiket, kemana lagi asyiknya setelah ini.
Australia tidak pernah ada di List tempat yang saya targetkan untuk saya kunjungi, Trip kali itu? lebih bisa disebut kecelakaan. atau mungkin ketidak-sengajaan plus spontanitas. katakanlah karena saya ingin menonton Coldplay saja. Tanpa saya tertarik dengan Kotanya.
Kenyataannya? Saya jatuh cinta dengan Sydney dari hari pertama saya sampai. Udaranya, suasananya, orang-orangnya, Kebiasaan-kebiasaan yang walau saya simpulkan hanya pada waktu singkat kunjungan saya. semuanya. Saya merasa saya betah berlama-lama jalan tanpa tujuan. cuma melihat seluk beluk kota ini yang saya yakin belum terlalu dalam saya selami.
Bangunan kotanya menarik, Campuran antara Gelimang Metropolitan hingga sisi teduh berbaris-baris perumahan. berbeda dengan jakarta yang Ambisius, Sydney modern tapi masih sangat humanis. saya tidak sempat mampir ke seluruh poin menarik kota ini, tapi saya sempat melaksanakan kegiatan favorit saya yaitu Jalan dan Memotret tanpa agenda. Berikut beberapa hasilnya. Semua saya ambil dengan Sony A6000 dengan lensa 50mm F1.8
Oh ya, baru-baru ini saya baru saja kembali dari SydYaney, dimana saya pergi kesana dengan tujuan menonton Konser Coldplay “A Head Full of Dreams”. Saya penggemar Coldplay? tidak terlalu yakin. Beberapa lagu Coldplay yang muncul di playlist saya kebanyakan lagu Mainstreamnya. Album baru bahkan saya tidak langsung bisa menikmati karena saya merasa Genre nya sedikit keluar dari pakem Coldplay sebelumnya (Ini Hanya Pendapat Pribadi). Tapi Coldplay selalu jadi Band yang berada di puncak rencana saya untuk saya tonton Aksi Panggungnya. Karena dari banyak informasi teman, Konser mereka selalu sempurna dari berbagai sisi.
Kenyataannya? Tidak meleset sama sekali. baiklah saya akan coba menjabarkan beberapa pendapat saya terkait konser ini.
PROSES DAN ADMINISTRASI MASUK? MULUS.
Saya tidak bicara perihal proses mendapatkan tiket ya. karena saya juga dibantu orang lain. saya berbicara perihal ketika kita tiba di venue hingga proses masuk. saya ingat ketika saya datang ke beberapa konser dalam negeri, untuk jumlah orang yang tidak terlalu banyak, rawan rusuh, teriak-teriakan, umpat, himpit-himpit bercampur keringat sudah jadi makanan sehari-hari. disini? dengan jumlah ratusan ribu ditambah proses pembagian gelang dan souvenir, saya tidak merasa menunggu sama sekali. masuk mulus saja bahkan saya lupa di proses mana kita di verifikasi secara detil. tiba-sudah di dalam saja. dan semua penjaga tegas tapi menghadirkan respek dengan cukup baik.
CROWD YANG SOPAN DAN FUN
Ini sih sedikit tidak berhubungan dengan penyelenggara. tapi entah kenapa saya merasa sangat suka dengan Crowd di konser ini. semuanya “Senggol jadi Teman”. tiba-tiba semua sudah seru-seruan bareng seolah satu rombongan. dan banyak percakapan dadakan tiba-tiba terjadi ditengah-tengah konser. semua rapi dan sangat memperhatikan orang-orang sekeliling.
MUSISI PEMBUKA YANG KEREN
Jess Kent, kabarnya arti youtube yang cukup terkenal di beberapa negara. tampil cukup impresif dengan membawakan beberapa lagu Cover, tapi pahlawan saya tetap Lianne La Havas yang penampilannya memukau. saya tidak pernah dengar sebelumnya, tapi saya terhipnotis dengan semua lagu yang padahal baru saya dengar saat itu juga.
TATA VISUAL KONSER YANG 99.99% SEMPURNA
Saya Rasa saya tidak berlebihan. ketika masuk, kita diberikan satu perangkat seperti jam dimana harus kita aktifkan sebelum Coldplay naik panggung. ternyata itu memancarkan Lampu yang entah dikontrol dari kejauhan dimana memiliki sekitar 5 warna berbeda dan akan menyala sesuai lagu. contohnya, ketika lagu Yellow semua gelang menyalakan lampu kuning, dan ketika A Head Full of Dreams mereka menyalakan lampu warna warni. cahaya ini menjadi hal yang paling menarik dan sangat “Instagramgenic” untuk sebagian orang. saya sendiri cuma bisa terpana sambil menikmati, memilih untuk tidak merepotkan diri untuk merekam. Selebihnya, tata layar yang tampil di panggung menurut saya dirancang oleh orang yang jenius, sangat pas dengan semua momen yang sedang berlangsung.
COLDPLAY? LUAR BIASA.
Seperti yang saya bilang diatas, saya bukan yang sangat fanatik dengan Coldplay. tadinya saya malas kalau banyak fase bengong ditengah konser. faktanya? mereka memang Entertainer sejati, raja panggung dan Band yang sangat menghibur. Spirit Chris seperti menjalar kesemua penontonnya. energi seperti tidak habis. Mereka menyanyikan hampir semua lagu terbiak mereka mulai dari album awal hingga akhir (Seingat saya mereka hanya tidak menyanyikan Speed of Sound). Perpaduan mereka dengan visual layar yang hadir terintegrasi sempurna. saya menyanyi, berjingkrak dari awal hingga akhir tanpa ada jeda tidak menikmati. mood naik turun yang diciptakan di tengah lagu juga berjasa membuat kita selalu menikmati tiap detiknya. Coldplay memang Juara.
Di konser ini, meskipun saya membawa kamera, saya memilih untuk tidak merekam sama sekali karena saya ingin menikmati setiap detiknya. dan jika teman-teman bertanya apakah ini worth untuk ditonton. jawaban saya… “Lebih dari itu”
Perjalanan dengan alasan yang mirip dengan perjalanan pertama. Random, mendadak, tanpa persiapan dan memang dari keisengan saja. Ya, jogja memang sesederhana itu. Membuat setiap orang juga tidak perlu memiliki alasan yang kompleks untuk mengunjunginya.
Saat itu setelah sahur, saya tengah menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor. Penat memang saat itu. Dan saya pun sedang merasa pada minggu yang entah kenapa membosankan. Sejenak tergelitik untuk melihat situs penjualan tiket.
“Jogja? Jogja” terlintas begitu saja. Lalu saya beli. Untuk perjalanan malam hari di hari yang sama.
Sesederhana itu, saya tanpa sadar sudah berada di jogja sebelum isya. Perlu diketahui saya bukan traveller yang patut ditiru. Saya selalu datang tanpa list tujuan. Saya tidak pernah memaksakan diri untuk mengunjungi beberapa tempat yang orang bilang harus didatangi. Terkadang ketika saya merasa perjalanan jauh saya tanpa
Malam pertama saya mencari tempat makan di pinggiran kota Jogja. Sekalian saya belum berbuka. Perjalanan di pinggiran kota jogja malam itu sepi, saya sempat salah mengira karena saya mengira akan sangat ramai. Kopi joss, angkringan. Ya standar, tapi memang itu salah satu yang membuat kita rindu jogja.
Besoknya saya mampir kebeberapa tempat. Saya bahkan menyempatkan nonton The Conjuring 2 disini hahaha. Tapi salah satu yang unik adalah ketika saya atas saran seorang teman mampir ke Taman Pelangi yang dipenuhi oleh Lampion dengan berbagai bentuk. Tempat seperti ini mungkin tidak semua orang bisa menikmati. Beberapa mungkin merasa terlalu kekanak-kanakan. Tapi inilah menyenangkannya perjalanan random, kita bisa tiba-tiba menikmati. Saat itu saya kesana tepat pada waktu transformasi sore – senja -malam. Terbayang bukan seberapa luar biasanya?
Malam itu saya tutup dengan mampir ke alun-alun kota jogja. Lucunya saya kembali tertantang untuk mencoba melewati bagian tengah dua pohon kembar yang terkenal itu. Kali ini tidak semulus pertama kali ke Jogja. Tiga kali saya gagal, tapi akhirnya berhasil setelah mendengar saran dari seorang bapak disana untuk tidak ragu.
Dihari terakhir saya di Jogja, saya menyempatkan untuk melakukan sebuah ritual perjalanan. Yaitu Hunting Foto tengah malam. Sebagian besar target saya selalu jalanan. Ini selalu saya nikmati salah satunya karena adrenalin kita dipicu ketika banyak mengambil objek acak yang tidak selalu berkenan fotonya diambil. Sehingga cenderung musti diam-diam. Dan hal yang menyenangkan lagi adalah, di jalanan malioboro sedang banyak karya seni yang entah siapa pembuatnya.
Tidak lama perjalanannya. Hanya dua hari. Saya kembali ke Jakarta hari minggu. Tapi memang tidak perlu waktu lama untuk Jogja menenangkan kita.
Ketika banyak orang bertanya pendapat saya tentang salah satu kunci sukses, salah satu yang saya bilang pasti percaya diri. Tapi tahukah anda, percaya diri pada kadar yang tidak terukur punya efek samping yang berbahaya. Setidaknya menurut saya. Apakah itu? Saya menyebutnya Sindrom COTW (Center of The World).
Sindrom COTW adalah sindrom dimana karena kepercayaan diri teramat besar ditambah Egoisme yang cukup besar pula, seseorang merasa setiap hal disekelilingnya berputar dengan dia sebagai porosnya. Dengan kata lain, dia berharap semua objek dilingkungan mementingkan keperluan dan Tujuan dia terlebih dahulu untuk banyak aspek.
Individu seperti ini biasanya berdiri dengan cukup powerfull karena memang dia sendiri memiliki cukup kelebihan sehingga bisa menempatkan diri dengan kondisi seperti itu. Tetapi sangat besar kemungkinan perlahan-lahan lingkungan mulai membentuk penolakan hingga akhirnya orang tersebut mengalami kondisi berbalik dimana secara bersamaan Lingkungan menolak keberadaan dirinya.
Menghindari kemungkinan untuk jadi orang seperti ini menurut saya bisa dilatih. Ada beberapa hal yang saya sarankan:
Belajarlah Memandang dari kacamata Pihak lain
Setiap mengambil keputusan, memerintah, minta tolong, dan lain lain, jangan bosan-bosan untuk menyempatkan untuk berfikir apabila anda menjadi pihak lawan bicara. Ini ampuh untuk mrengerem perbuatan Egois.
Berfikirlah bahwa banyak yang Lebih baik dari kita
Klise tapi ini penting dan saya sering menerapkannya. Terkadang kita merasa sangat mahir untuk satu bidang dan ini menjadi cikal bakal kita merasa superior terhadap satu kondisi. Ini harus segera diperbaiki dengan cara terus berfikir bahwa kita masih tidak lebih baik jika dibandingnkan beberapa orang.
Terus Belajar
Percaya atau tidak, menyempatkan diri untuk belajar hal baru adalah cara untuk merasa semakin tolol. Semakin tolol karena sadar bahwa banyak sekali hal yang kita sebenarnya belum tahu. Ini membantu anda untuk tidak menjadi orang yang menganggap dirinya pusat perhatian.
Carilah Mentor
Dengan mendapatkan mentor atau orang yang bersedia mengedukasi anda perihal suatu hal membuat anda merasa bahwa anda belum pantas mendewakan diri anda. Simple bukan?
Biasakan tidak individualis
Orang-orang seperti ini cenderung individual walaupun mereka komunikatif. Mereka akan komunikatif ketika mereka merasa membutuhkan sesuatu untuk mencapai misi yang sedang mereka persiapkan. Nah cobalah untuk tidak jadi orang seperti itu
Mintalah saran atau pendapat kebanyak lapisan partner kerja.
Cobalah untuk membiasakan memberi kesempatan orang untuk menilai keputusan atau hasil kerjaan anda. Selain membuat orang lain merasa dibutuhkan, anda bisa menemukan perspektif lain dari pandangan anda terhadap sesuatu. Kondisi ini juga mencairkan hal-hal kaku yang mungkin timbul dari kondisi sebelumnya.
Ini mungkin berkhasiat mungkin juga tidak, karena pada akhirnya anda yang tahu kondisi penuh anda saat ini. Tapi mulai hari ini, mari jangan berfikir bahwa semua lingkungan berputar dengan anda sebagai porosnya.
Mungkin memang benar jika orang tua dulu bilang, Ke tanah suci itu terkadang tentang sebuah panggilan.
Punya Uang, Punya Waktu, Punya Partner jalan, tidak akan mempengaruhi apa-apa jika kamu tidak punya panggilan. Memang untuk mendapatkan panggilan ini, kamu harus mengetuk pintu hati masing-masing dengan sungguh-sungguh. Dan membiarkan niat baik itu memasukimu.
Itu yang terjadi ketika bertahun-tahun ibu selalu mengajak pergi, berpuluh-puluh alasan untuk menolak saya berikan sesimpel untuk menutupi kenyataan bahwa saya memang merasa belum siap. Merasa masih ingin main. Merasa uang sebanyak itu bisa digunakan untuk banyak hal. Dan merasa takut tidak bisa melakukan banyak hal karena cap “Sudah mampir kerumah Tuhan” setelahnya.
Tapi malam itu ketika di dalam mobil perjalanan pulang, sedang berpikir sambal menerawang jauh, saya tiba-tiba menelepon ibu dan bilang “Dimas mau umrah, Bulan Depan”
Setelah itu prosesnya yang sebelumnya saya pikir rumit ternyata simple (FYI saya mengurus semua sendiri). Bisa di bilang, proses yang saya ingat betul hanya seperti ini:
Menyiapkan passport, Foto background putih dengan jumlah tertentu.
Ke Agen Umrah (dulu saya pakai namanya NRA, Murah sekali! Bisa cek disini http://www.nra-tour.com/ )
Setor semua dokumen dan uang. Serta persiapkan uang tunai untuk ditukarkan ke mata uang setempat (Saya sih menukarkan sekitar 6 juta dulu. Kekurangan bisa ditukar disana)
Suntik Meningitis (ini yang paling menyita waktu, karena harus mengantri dari pagi buta)
Siap-siap kalau ada panggilan untuk Manasik.
Siap-siap surat cuti kantor. Dan selesai!
Tanpa terasa tanggal keberangkatan tiba. Saya yang memang bukan orang dengan ilmu agama cukup tinggi tentu merasa gugup di kali pertama saya umrah ini, apakah banyak hal yang harusnya saya pelajari terlebih dahulu? Apakah ilmu terbatas ini sudah cukup? Ya sudah cuek saja.
Saya berangkat dengan Pesawat Garuda yang cukup nyaman, perjalanan tidak terasa karena sepanjang keberangkatan saya banyak tidur dan menonton (ya di iringi ibadah walaupun tidak terlalu full he he he). Saya tiba di bandara King abdul aziz dengan dua kali drama karena sempat dikira Jamaah Cina dan Jepang. Proses imigrasi tidak ada masalah, dan malam itu kita langsung menuju Madinah.
Saya sangat mencintai Madinah bahkan sejak awal saya tiba. Saya tiba pukul 3 pagi dan pemimpin rombongan sudah langsung meminta untuk bersiap-siap shalat subuh di Nabawi. Tanpa istirahat, saya ayah dan ibu saya berberes dan beranjak menuju masjid. Saya jatuh cinta dengan sinar terang masjid nabawi dibawah langit arab Saudi yang tenang. Suasana yang tidak terlalu ramai, dan dimana orang-orang sibuk dengan doa terhadap tuhannya, bangunan megah luar biasa dan udara sejuk yang tidak terlalu menyiksa. Mungkin benar kata orang, beruntunglah orang yang lahir disini. Bisa setiap hari beribadah dengan suasana seperti ini.
Di Madinah yang menarik adalah lingkungan sekitarnya. Banyak sekali pedagang yang sangat paham bahwa Indonesia adalah target yang tepat untuk disasar. Kemungkinan karena daya impulsif orang Indonesia untuk berbelanja oleh-oleh sangat tinggi (ya termasuk ibu saya hahahaha). Rasa dekat antar sesama dan sosok yang jarang individualistis menyebabkan membawa oleh-oleh adalah salah satu target utama tiap jamaah Indonesia. Dan saya juga cinta malam di Madinah, membuat saya merasa harus melaksanakan salah satu hobi saya yaitu street photography di malam hari :D
Di Madinah, salah satu hal yang tidak saya lupakan adalah kesempatan untuk beribadah di Raudhah. Raudhah adalah tempat yang di percaya menjadi Taman surga. Ditandai oleh Karpet Hijau di area depan masjid Nabawi. Banyak yang bilang masuk kesini cukup sulit dan berdesak, ini tidak mengurungkan niat saya dan ayah untuk mencoba. Ramai memang, tapi ternyata saya dan ayah mendapatkan kemudahan yang teramat sangat. Sehingga bisa sholat di Raudhah bagian dalam persis disebelah Makam Rasulullah SAW. Dan tidak terburu-buru sehingga saya bisa beribadah cukup lega dan memanjatkan doa-doa dengan tenang. Lalu pergi tanpa diusir oleh penjaga. Setelah itu tentunya saya tidak meninggalkan kesempatan untuk mampir dan berdoa didepan Makam Rasulullah serta sahabat.
Tiga hari yang menyenangkan harus kita lanjutkan dengan perjalanan menuju Mekkah. Pusat dari segala ibadah umat Islam di dunia. Perjalanan dilakukan siang sehingga saya bisa puas melihat jalanan. Kami mengambil Miqot terlebih dahulu agar tibanya kami bisa langsung menjalankan ibadah Umrah. Setelah memakai Ihram, perjalanan dilanjutkan. Masuk ke Mekkah membuat saya melongo lama. Tidak serapih Madinah memang, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan Aura Mekkah. Ini memang Tanah suci yang membuat gemetar setiap umat islam yang berkesempatan singgah. Setelah berberes di Hotel Movenpick yang ternyata sangat nyaman. Kita langsung pergi ke Masjidil Haram dan melaksanakan Umrah. Pengalaman yang luar biasa, ada cerita menarik tentang saya mencium Hajar Aswad, tapi mungkin akan saya ceritakan di postingan berbeda.
Selain melakukan ibadah di Masjidil haram, tentunya kita memanfaatkan waktu untuk mengenal lebih dalam Tanah Suci. Kita menghampiri beberapa tempat seperti Kebun Kurma, Jabal Rahmah, dan beberapa tempat lainnya. uniknya, disini saya benar-benar seperti fotografer eksklusif untuk ayah dan ibu yang mesranya luar biasa. dari pengamatan saya, setelah difoto minimal 10 kali, mereka baru ingat untuk mengajak saya berfoto bareng (HAHAHA…).
Beberapa hal yang mungkin saya jadikan tips adalah sbaiknya memang betul membawa beberapa perlengkapan yang membantu untuk bersiap-siap. Saran saya adalah
Uang lokal secukupnya. Untuk jajan dan membeli oleh-oleh
Baju dalam ganti sejumlah lebih dari hari. (wajib)
Sendal Gunung, ini membantu untuk beberapa aktivitas.
Pop mie, sambal ABC ini membantu jika kita kesulitan makan.
Kacamata Hitam.
Powerbank (tetap harus mengabadikan banyak moment kan)
Buku perihal Umrah dan doa-doa dikalungkan.
Alat penghitung dzikir. Tapi bisa beli di tempat juga.
Sorban yang bisa merangkap menjadi syal pelindung dingin
Sarung tangan
Tepat hari ke Sembilan, kita bersiap pulang dengan menuju Jeddah terlebih dahulu. Perjalanan menyenangkan, benar kata orang kalau Umrah bulan desember memang lebih ramai, tapi Cuaca sangat bersahabat. Suasana sedang enak-enaknya. Kami pulang kembali menggunakan Garuda yang nyaman sekali. Ini menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Setibanya di ibukota, dengan pakaian dan terik matahari yang sama, 5 menit pertama saya langsung bekeringat. Saya baru sadar, hidup sehari-hari sudah harus dimulai.
Hari ini saya menikmati satu gelas kopi Cappuccino di Coffeeberian. tempat favorit saya ketika saya memang butuh waktu untuk berbicara dengan diri sendiri. (lokasinya ada di Panglima polim tidak jauh dari Martabak Boss yang lagi Famous itu).
Ketika saya sedang duduk dan membaca buku, saya (dengan tanpa sengaja) mendengar pembicaraan meja sebelah. salah seorang lelaki di meja sebelah sedang berkeluh kesah tentang bertapa hidupnya tidak sempurna. penuh masalah dan dia merasa tuhan tidak adil kenapa pada waktu yang sama ada yang dia lihat hidup tanpa cela dan seolah tidak bermasalah. Dan puncaknya dia menyalahkan orang tuanya karena tidak berusaha lebih keras agar dia punya jalan lebih mudah di hidupnya.
Saya tersenyum. dan tertawa geli dalam hati.
Untuk saya pribadi, saya percaya kata-kata seorang ustad dalam salah satu seri sholat jumat yang saya datangi perihal kaya dan miskin, sukses dan gagal itu cara tuhan memberikan ujian. kebetulan caranya berbeda-beda. itu saja. ada yang diberi ujian dengan kemewahan dan bagaimana dia bisa merunduk kebawah dan ada yang diberikan Ujian dengan kekurangan dan bagaimana dia bisa merangsek naik. Klise? memang. tapi itu kenyataan.
Dan masih menurut saya juga, saya justru bahagia lahir dengan suasana keterbatasan. Dan saya bahagia lahir dari Orang tua saya yang paham betul cara menanam pola pikir mengakar yang menumbuhkan Pondasi bersikap, melawan dan membentuk hidup.
Orang tua saya bukan jutawan, Sehingga saya tahu pasti arti uang satu juta. Mungkin sedikit berbeda dengan orang-orang yang sedari kecil dengan begitu mudah meminta satu juta dari orang tuanya. pada ahirnya saya belajar dari tiap rupiah yang mereka hasilkan untuk anak-anaknya.
Orang tua saya bukan yang terlalu mudah menghadiahkan sesuatu, Sehingga saya tahu pasti artinya berusaha keras untuk mendapatkan hal yang saya inginkan. Makin keras yang saya usahakan, makin bernilai hal yang saya peroleh.
Orang tua saya tidak mudah bahagia dengan pencapaian saya, Sehingga saya tahu bahwa berusaha lagi, lagi dan lagi adalah keharusan dalam hidup. Legowo menerima tidak selalu harus diterapkan di aspek aspek hidup. dulu ketika sekolah, “Naik Kelas” bukanlah target, itu justru hanya keadaan “Selamat” dan sama sekali bukan prestasi.
Orang tua saya bukan orang tua yang mudah memaklumi kesalahan, Sehingga saya harus tahu setiap kesalahan berbuah konsekuensi. Hukuman mengajarkan saya untuk tahu ada hal-hal bodoh yang walaupun terkadang menyenangkan tapi lebih baik tidak diulangi. Saya sadar bahwa di dunia ini kita tidak hanya bertanggung jawab pada diri sendiri.
Pada akhirnya saya sadar, Orang tua adalah cerminan Tuhan bersikap dengan kita. Mereka terkadang mengarahkan dan membantu mensketsa jalan di hidup kita tidak selalu dengan cara yang kita anggap menyenangkan. Tapi mereka memahami jalur mana yang lebih baik kita ambil. mereka mengawal itu hingga pada saat mereka menganggap kita sudah cukup cerdas menggambar jalan kita sendiri. Mereka yang mengajarkan bahwa Keterbatasan adalah keharusan, apapun bentuknya. keterbatasan mengajarkan kita arti sebuah Tanggung jawab ketika kita menyelam, berlari dan Terbang semakin jauh.
Kepada tuhan, saya berterima kasih telah diizinkan memulai dan mengenal hidup lewat mereka berdua.
awalnya saya tidak tertarik olahraga lari, karena menurut saya ini olahraga yang cenderung membosankan. rencana untuk ikut beberapa event lari hanya menjadi wacana (termasuk event adidas run, maaf krishna yang sudah membantu semuanya termasuk mendaftarkan dan akhirnya saya tidak juga jadi ikutan). hingga sekarang pun bisa di bilang saya belum menyukai olahraga ini.
tapi menurut saya apa yang terjadi hari ini sungguh menarik. bermula dari salah satu permintaan boss dikantor untuk join di event Lari yang kebetulan diadakan langsung oleh Telkomsel yaitu #HaloFitRun , keikutsertaan saya di event ini bisa saya bilang tidak direncanakan. karena nama saya begitu saja ada di list peserta (-_-!) tapi sejenak saya berfikir mungkin hal yang kita tunda-tunda tidak akan terjadi terkadang jika tidak kita paksakan. walaupun tidak berminat, tapi saya memang cukup lama merasa ingin mencoba. akhirnya saya menerima.
“Jika tidak kuat larinya, minimal nikmati dan jadilah berbeda” perkataan Vice President Digital Advertising yang juga orang yang bertanggung jawab atas keikutsertaan beberapa orang yang tidak direncanakan ke event ini (hahaha). akhirnya ide beliau direalisasikan dengan mempersiapkan Wig-wig khusus agar kita tampil beda disana.
Tapi permasalahan berikutnya, dengan minimnya pengalaman ikut event lari, saya tidak tahu sama sekali apa yang harus dipersiapkan. pemanasan apa yang perlu dilakukan? akhirnya yang memang tidak ada yang saya lakukan malamnya. malah saya tidur cukup larut. dan diikuti dengan bangun Jam 3 pagi untuk bersiap-siap. beberapa saat saya sudah merasa bahwa ini bakal berakhir dengan kurang baik.
Ditemani oleh Pacar yang juga memiliki agenda disana, saya memacu kendaraan menuju BSD mulai pukul 3.30 dan berkumpul dengan rombongan Telkomsel Digiad dan benar saja, rasa gugupnya muncul tepat pada saat saya berdiri didepan garis start pertama kalinya.
“Ini 10K, bukan 3K atau 5K yang biasanya dipakai para pemula untuk memulai ikut dalam event lari pertama kali. kalau sampai tidak selesai, ya apa boleh buat” sedikit pesimis atau realistis ucapan saya dalam hati, entahlah.
Start dibuka, seperti tips-tips pelari senior ke pemula. jangan pernah memacu tenaga diawal. itu pula yang saya lakukan. Ngefek? tidak juga, rasa lelah diawal tetap hadir juga untuk pemula seperti saya. cara Lari – jalan – lari – jalan seperti yang saya duga jadi cara yang konsisten saya lakukan. selain semangay dan energi, yang saya coba kelola adalah emosi. emosi untuk tidak gampang melayu dan tidak memaksa memacu lari tanpa perhitungan. hal yang membuat saya mempertahankan semangat adalah melihat pelari lain, mereka masih bersemangat.. dan berarti saya juga bisa melakukan hal yang sama. dan sumber semangat lainnya adalah Pocari Sweat dingin dan Busa berisi Air Es yang harus saya akui sangat membantu.
Akhirnya? ya. 4 Kilo pertama saya sudah merasa pasrah dan tidak terfikir menyelesaikan 6 Kilo berikutnya. tapi pada akhirnya ternyata 10Kilo terlewati. ya, saya merasa rasanya melewati garis finish pertama kali. tidak sama sekali sederhana menurut saya. saya yang bukan pelari dan tidak pernah ikut kompetisi lari sama sekali mana percaya bisa langsung menyelesaikan 10K. ketika ini terjadi, saya seperti mengalahkan batasan yang sebelumnya saya buat sendiri. untuk kesekiankalinya, saya bangga dengan diri sendiri.
Lari Lagi? Belum tentu. menyelesaikan ini tidak lantas membuat saya jadi ingin menekuni ini. tapi jujur menggelitik saya untuk mencoba mulai dari titik-titik awal. titik-titik dekat, memacu stamina perlahan. dan tidak menutup kemungkinan untuk mengulanginya dengan persiapan yang lebih baik.
Kalau ngobrol tentang musik. saya selalu tergelitik. tergelitik tepatnya karena pengalaman yang menurut saya menarik. salah satu pengalaman paling saya sukai di hidup saya.
Ceritanya berawal dari saya SMP. saya tidak ada keturunan pemusik, tapi bersemangat sekali belajar alat musik. memulai dengan belajar Gitar akustik, lalu saya belajar secara otodidak pula Organ dari organ mainan yang sempat dibelikan mama. dengan skill standar modal belajar sendiri, saya mulai merasa jatuh cinta dengan musik.
Saya bisa bilang tokoh paling berjasa mengenalkan saya dengan musik itu Kakak saya yang paling Sulung. sering sekali didatangi sahabat-sahabatnya yang sedang digandrungi euforia ngeband. seperti biasalah sedang jaman-jamannya anak sekolah ngeband. uang jajan disisihkan demi bisa membayar sewa studio band selama satu jam. kalau tidak salah dulu 10.000 rupiah sudah dapat studio yang bagus sekali. 7000 ya yang lumayan lah. saya jadi ikut menyimak. mereka memainkan musik yang pertama kali saya dengar. saya mendengar banyak musisi, tapi dua musisi yang membuat saya ingin belajar instrumen musik dulunya adalah Gun n Roses dan Power Metal. sambil saya mendengar pula Rock 90an. seluruh Kaset kakak saya mulai dari Boomerang, Edane, Voodoo, Jamrud, Rock Festival Series, bahkan yang Metalik Klinik hingga yang mancanegara seperti Yngwe malmsteen, Europe, Extreme dll menjadi hal yang saya dengar setiap hari. Pagi, siang dan malam.
Ini memperkenalkan saya ke dunia musik lebih dalam lagi. bermodal skill pas pasan saya mulai bergabung dengan teman-teman membentuk Band kecil-kecilan yang membawa lagu jauh lebih tua dari selera musik anak-anak pada umumnya seumuran kami. saya mulai nongkrong di Studio Band yang sering kami sewa. disitu saya berkenalan dengan penjaga studio, seorang pemain musik yang menekuni Organ/piano. saya ingat sekali namanya, namanya Martin. Kak Martin saya memanggilnya.
“Kamu kalau mau main musik, kamu Harus dengar dua musisi ini” ucap kak martin di suatu siang ketika saya sedang menunggu giliran studio sambil mengulik satu lagu dari Power Metal berjudul angkara. ternyata Kak Martin menyodorkan The Beatles dan Queen. saat itu saya kelas 2 SMP. saya dengar, tidak langsung dapat mencerna. tapi saya bawa pulang. saya dengar berulang-ulang. terdiam. dan kagum. mulai hari itu Queen dan The Beatles adalah Pahlawan musik saya. saya lahap album-albumnya, dan saya cintai lagu-lagunya. itu terjadi hingga kini, itulah peristiwa yang membuat saya semakin mencintai musik.
Setelah itu, hidup saya jauh lebih menarik. saya dan sahabat mulai serius belajar musik dan saya memutuskan mendalami alat musik Bass, saya ingat pertama kali saya mengikuti kompetisi band, dengan sangat pas-pasan Band saya membawakan satu lagu dari Boomerang. Kalah? pasti. ditengah musisi-musisi senior palembang kami habis. tapi saya selalu ingat bagaimana hasrat yang terpenuhi ketika mencabik Bass dipanggung dan di tonton oleh banyak sekali tatapan mata. berikutnya kami ikut dan ikut lagi, Edane menjadi pahlawan musik kami berikutnya, lagu lagu edane mengobarkan semangat muda yang luar biasa. dari kalah selalu, kami mulai diperhatikan dan menjadi salah satu Band yang ditunggu tiap Festival musik di Palembang.
itu hanyalah Awal, selanjutnya hidup saya semakin menarik karena musik. saya membentuk Band dengan nama “Dream Fantasy” yang diambil dari salah satu judul album Joe Satriani. justru kami mendalami aliran musik progresif dengan mengusung lagu-lagu Dream Teather. Pull me under, Under Glass Moon, Another day, Strange De Javu dan Take the time jadi lagu Favorit kami. dan Dream Fantasy semakin menjadi Band yang mulai langganan panggung ke panggung dan menyabet beberapa penghargaan bergengsi. saya sempat berguru dengan salah satu pemain Bass legendaris bernama oyong, sebuah cerita seru dimana saya dipersulit terlebih dahulu agar beliau bisa melihat kesungguhan saya. persis seperti tokoh yang mau belajar silat dengan mahaguru kesohor. tapi belajar dengan beliau adalah salah satu pencapaian terbesar saya. Jazz, Rock, dan Funk saya perdalam lewat 4 senar bass lewat beliau.
Suatu hari sambil duduk sehabis mengikuti salah satu Festival, kami berbicara sejenak. mau sampai Kapan kita main musik seperti ini? sibuk memainkan musik rumit, dan melihat penonton terkesima tapi justru tidak merasakan enjoynya bermain musik. kami memutuskan merubah arah bermain musik. tidak lagi festival ke festival. tapi kami ingin bermain musik untuk menghibur. pada saat itu kami memutuskan untuk tidak lagi mendalami musik progresif tapi justru masuk ke musik-musik santai, top 40 dan bertujuan menghibur orang-orang. per saat itu influence musik kami berubah 180 derajat. RnB, Pop alternative, modern rock, Funk adalah musik musik yang kami dalami. puncaknya adalah Dream Fantasy menjuarai kompetisi musik yang digelar di salah satu Club terbesar pada saat itu dipalembang. justru musik yang kami bawa adalah RnB.
Semenjak saat itu, dengan formasi selayaknya band Cafe, nama kami semakin dikenal dengan undangan manggung cafe ke cafe, Mall ke mall, event ke event. orientasi bermusik sudah bukan lagi Festival, tapi kami main musik untuk menghibur. hingga kontrak untuk manggung di Club mulai berdatangan. kami resmi jadi band yang manggung di lokasi-lokasi tempat hiburan.
Perlu diketahui, saat itu saya baru kelas 2 SMA. sebuah kebanggaan karena saya bisa mencari uang sendiri walaupun dengan cara yang tidak biasa untuk anak seumuran itu. uniknya adalah, waktu yang dipakai adalah pukul 10 malam hingga pukul 2 malam sepanjang hari sekolah. ya sepanjang hari sekolah. bisa dibilang itu masa-masa yang cukup berat, karena malam hari hingga pagi saya bermain musik, dan jam 7 pagi hingga 12 siang saya sekolah dan itu terjadi setiap hari. beruntung saya punya teman-teman yang menyenangkan. itu adalah kesempatan pertama saya menghabiskan waktu cukup banyak di Club (dulu menyebutnya diskotik). saya menjelajahi Club-club kecil tempat orang-orang membawa pasangan simpanannya ataupun club tempat anak muda papan atas menghabiskan uangnya. ini Pengalaman yang menyenangkan dan menegangkan. dan saat itu saya tetap bersekolah seperti biasa (dan ternyata tepat menjadi Juara kelas, ini lumayan pencapaian haha). dan saya membayar uang kebutuhan sekolah lewat pendapatan tersebut selain beasiswa yang memang saya terima.
ini semua berakhir ketika masa SMA berakhir. saya memutuskan untuk tidak pernah menjadikan Musik sebagai mata pencaharian utama. saya pindah ke bandung untuk kuliah, semua sahabat merelakan. sebagian mengambil keputusan yang sama dengan saya, dan sebagian tetap bermain musik. bagi musisi yang tidak di ibukota, memang kami tidak terlalu bermimpi panjang terhadap musik, beda dengan musisi-musisi di daerah kota besar dan sekitarnya.
Tapi momen itu, sahabat-sahabat yang menjalani pengalaman itu bersama, menyenangkannya hentakan musik rock di panggung festival ataupun melihat seluruh penonton bergoyang seru lewat panggung club ketika kami memainkan tiap lagunya. saya tidak pernah lupa.
Musik memang menghidupkan semangat untuk kita semua.